Kamis, 12 Mei 2016

makalah etika profesi tentang etika umum

ETIKA PROFESI
“ETIKA UMUM”


Disusun Oleh :
KELOMPOK 2 :
FESSY NOVITA SARI (14010010)
DEPI PERMATA SARI (14010006)
DWI LEVVINA (14010007)
EDI SUTRIMO (14010008)
ENDAH SRI UTARI (14010009)

AKADEMI ANALIS KESEHATAN HARAPAN BANGSA
BENGKULU
2016/2017

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“ETIKA UMUM” .

Kemudian shalawat beriring salam marilah sama-sama kita sanjungkan kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW dan segenap keluarga beserta parasahabat sekalian.Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pengasuh saya dan kepadasemua pihak yang telah membantu sehingga terselesainya makalah ini.

Saya harapkan makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi mahasiswa/mahasiswi lainnya yang membaca makalahini, sehingga dapat menambah wawasan kita semua.Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca demikesempurnaannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan dimasa yang akan datang.


         
Bengkulu, 10 mei 2016
II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... I
KATA PENGANTAR ........................................................................................II
DAFTAR ISI ......................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................   
1.1  Latar belakang ...................................................................................1
1.2   Rumusan masalah.............................................................................1
 BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................
A. pengertian etika .................................................................................2
B.  Persamaan etika dan etiket................................................................11
C. Perbedaan etika dan etiket..................................................................12
D.  jenis-jenis etika ................................................................................13
E.    etika sebagai cabang filsafat...........................................................18
F.  guna etika  ........................................................................................18
G. pentingnya etika dalam kehidupan sehari-hari..................................19
             H. peranan etika dalam dunia modern...................................................20


BAB III PENUTUP ................................................................................
A.    Kesimpulan ....................................................................................25  
B.     Saran ..............................................................................................26 
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................27

III


BAB l
PENDAHULUAN

1.1Latar belakang
Di zaman modern ini, masalah etika di Indonesia mulai mengalami penurunan. Sebagian besar masyarakat mulai mengabaikan persoalan etikanya. Terutama etika dalam pergaulan. Hal ini terjadi di akibatkan masuknya ajaran-ajaran barat yang akhirnya mengikis ada budaya masyarakat Indonesia secara perlahan-perlahan.
Di lingkungan masyarakat banyak sekali orang yang mempersalah kan tentang masalah etika dan moral seseorang.Bahkan etika dan moral itu adalah hal yang sering dikait-kaitkan oleh masyarakat,seringkali masyarakat salah mengartikannya dan menganggapnya sama. Akan tetapi, sesungguhnya mereka berbeda,karna hal itu lah penulis ingin membuat makalah ini supaya pembaca menjadi tahu perbedaan antara etika dan moral,amoral dan imoral,etika dan etiket,serta etika sebagai cabang filsafat.
                                                                                          



1.2.Rumusan masalah
A.    Apa pengertian etika ?
B.   Persamaan etika dan etiket?
C. Perbedaan etika dan etiket?
D.  Jelaskan jenis-jenis etika !
E.    Bagaimana etika sebagai cabang filsafat?
F.  Apa guna etika?  
G.Apa pentingnya etika dalam kehidupan sehari-hari?
             H.Apa peranan etika dalam dunia modern?


BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah ilmu tentang baik dan buruk serta tentang kewajiban dan hak. Etika dapat diartikan sebagai kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak. Etika adalah nilai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika terdiri dari etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif menggam-barkan tingkah laku manusia apa adanya, sedangkan etika normatif menilai tingkah laku tersebut. Etika secara sistematis dibedakan atas etika umum dan etika khusus. Etika umum melahirkan teori, sedangkan etika khusus melahirkan etika individual dan etika sosial. Etika umum ”lebih” bersifat deskriptif, sedangkan etika khusus ”lebih” bersifat normatif. Sifat deskriptif etika umum terlihat dari paparan filosof tertentu pada ajaran, doktrin atau teorinya. Sifat normatif etika khusus terlihat, misal-nya pada etika profesi.
Pemahaman seseorang mengenai etika sering-kali kurang tepat. Ada yang mengartikan etika seba-gai tentang apa yang yang baik dan apa yang buruk, tapi banyak pula yang mengartikan etika sebagai nilai mengenai benar dan salah. Ada pula yang mengartikan etika sebagai kumpulan nilai-nilai yang berkenaan dengan ahlak. Pemahaman yang demikian disebabkan oleh karakteristik etika yang bersifat deskriptif dan nor-matif, sehingga dinamakan sebagai etika des-kriptif dan etika normatif. Etika deskriptif membe-rikan gambaran mengenai suatu norma tanpa mem-berikan penilaian, sedangkan etika normatif mem-berikan penilaian terhadap norma yang berlaku, tidak sekedar menggambarkan norma-norma terse-but.
Etika Jawa  misalnya, seringkali digambar-kan sebagai serangkaian norma yang berlaku dalam masyarakat Jawa. Norma tingkah laku yang berlaku dikalangan masyarakat Jawa seringkali dipandang sebagai nilai-nilai yang dikagumi oleh masyarakat jawa, namun oleh masyarakat selain Jawa belum tentu demikian. Etika bersifat normatif, menilai tingkah laku seseorang atau sekelompok masya-rakat, apakah memang demikian? Penilaian tentang norma-norma tingkah laku tentunya bermuara kepada suatu tujuan. Apakah tujuan yang dimaksud?
Secara sistematis, etika terbagi atas etika umum dan etika khusus. Etika umum berbentuk teori, sedangkan etika khusus yang terdiri dari etika individual dan etika sosial. Salah satu bentuk etika khusus adalah etika profesi.  Etika umum ”lebih” bersifat deskriptif, sedangkan etika profesi ”lebih” bersifat normatif.
Etika umum melahirkan berbagai ragam etika yang berhubungan dengan ajaran-ajaran atau doktrin yang dicetuskan oleh para filosof. Etika khusus, terutama etika sosial menghasilkan berbagai etika, seperti etika keluarga, etika bisnis, etika pro-fesi dan sebagainya.
Etika profesi mempunyai dinamika tersen-diri yang berbeda dibandingkan dengan bentuk etika-etika sosial lainnya. Dalam kehidupan beror-ganisasi atau menjalankan profesinya, seorang indi-vidu atau kelompok seringkali dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut etika manajemen. Bagaimanakah seharusnya seorang manajer menam-pilkan tingkah lakunya dalam kehidupan beror-ganisasi? Apakah seorang manajer sudah menjalan-kan perannya sesuai etika manajemen ?
Untuk memberikan pemahaman yang tepat, maka perlu dilakukan penelaahan yang lebih men-dalam tentang hakekat etika, baik yang bersifat nor-matif maupun yang bersifat deskriptif, termasuk tujuan sebuah etika dan etika yang berlaku sebagai etika profesi. Penelaahan dilakukan dengan studi literatur dan dikaitkan dengan berbagai fenomena yang ditemui dalam kehidupan empiris.
Etika menganalisis makna yang dikandung dalam predikat kesusilaan dan menyelidiki peng-gunaan predikat dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini lahirlah apa yang disebut sebagai  etika deskrip-tif
Etika deskriptif menggambarkan suatu obyek secara cermat mengenai segala yang bersang-kutan dengan bermacam-macam predikat dan tanggapan, terutama  predikat dan tanggapan kesusi-laan yang telah diterima dan digunakan dalam masyarakat.
Etika Jawa digambarkan sebagai norma yang dianut dalam masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah, Daerah Istimewa Jogjakarta dan Jawa Timur. Masyarakat Jawa Barat lebih mengenal etika Sunda dibanding etika jawa, walaupun masih ter-letak di daerah Jawa.
Salah satu etika Jawa adalah etika perka-winan yang banyak menggunakan ritual adat Jawa yang digambarkan dalam acara panggih. Panggih merupakan acara yang dijalankan sebelum kedua mempelai dipersandingkan di pelaminan. Acara panggih dilaksanakan setelah mempelai laki-laki tiba di kediaman atau tempat perhelatan perkawinan dan disambut oleh mempelai perempuan.
Acara panggih diawali dengan pertemuan kedua mempelai yang diiringi alhnan musik kebogiro. Dalam pertemuan pertama, kedua mem-pelai saling melempar daun sirih yang dilipat sedemikian rupa kepada pasangannya dalam acara balang sirih. Ritual ini menggambarkan asal mula kedua mempelai bertemu dengan saling melempar kasih. Daun sirih yang bentuknya seperti lambang cinta dilambangkan sebagai hati masing-masing kedua mempelai. Keduanya saling melempar sirih, saling melempar lambang hati atau saling melempar cinta. Pertemuan mereka adalah kehendak hati masing-masing, tidak dipertemukan berdasarkan paksaan pihak lain.
Kedua mempelai akan dibimbing oleh kedua orang tua memasuki rumah atau tempat per-helatan. Keduanye dibimbing dengan menggunakan kain selendang untuk mengikuti prosesi selanjutnya, yakni acara menginjak telur.
Acara menginjak telur dilakukan oleh mempelai laki-laki, kemudian kedua kaki mempelai laki-laki tersebut dibasuh oleh mempelai perem-puan. Ritual ini menggambarkan kesiapan mempe-lai laki-laki untuk membuahi mempelai perempuan untuk melanjutkan keturunan dengan simbol meme-cahkan telur. Mempelai perempuan digambarkan kesiapannya untuk merawat buah perkawinan dengan mengurus dan memelihara keturunan yang diberikan oleh mempelai laki-laki.
Kedua mempelai terus didampingi oleh kedua orang tua mempelai perempuan menuju ke tempat pelaminan dipeluk dengan sehelai selen-dang. Ritual ini melambangkan adanya pendam-pingan kedua orang tua mempelai untuk menempati rumah tangga yang baru yang dilambangkan dalam bentuk pelaminan.
Di pelaminan kedua mempelai melakukan acara pangkon, kacar-kucur, suap-suapan dan seba-gainya. Pangkon artinya kedua mempelai berpang-kuan, mempelai laki-laki memangku mempelai perempuan. Pangkon menggambarkan peran seo-rang suami untuk memangku tanggung jawab terhadap istri dan keluarganya.
Dalam acara kacar-kucur, mempelai laki-laki mengucurkan sekantung beras ke dalam kan-tung beras yang dipegang mempelai perempuan. Kacar-kucur merupakan gambaran kewajiban mem-pelai laki-laki untuk memberikan nafkah kepada istri dan keluarga.
Suap-suapan adalah saling suap kedua mempelai yang menggambarkan keharusan saling memberi dan menerima antara kedua mempelai. Suami memberi kepada istri dan menerima dari sang istri. Sang istri pun memberi kepada suami, tidak hanya menerima dari sang suami.
Etika deskriptif  melukiskan segala sesuatu secara secara netral dan tidak memberikan peni-laian. Etika deskriptif hanya memberikan gambaran apa adanya, berikut makna-makna yang terkandung dalam setiap perbuatan dan tidak memberikan peni-laian. Etika tidak hanya bersifat deskriptif, tetapi juga normatif. Etika tidak terbatas pada pemantauan terhadap moralitas, tetapi melakukan juga penilaian dengan refleksi kritis, metodis dan sistematis ten-tang tingkah laku manusia berkaitan dengan norma.
Penilaian tersebut merupakan refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma atau sudut baik dan buruk. Etika normatif membicarakan apa yang seharusnya dikerjakan, apa yang seharusnya terjadi atau apa yang memung-kinkan seseorang melakukan hal yang bertentangan dengan seharusnya.
Etika normatif mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia dan menilai perilaku terse-but sesuai dengan norma tertentu. Etika normatif tidak sekedar melukiskan suatu tingkah laku tetapi menentukan benar tidaknya tingkah laku seseorang. Etika normatif tidak deskriptif, tetapi bersifat preskriptif (memerintahkan).
Dalam etika normatif, etika Jawa yang digambarkan dalam uraian di atas diberikan peni-laian. Acara balang sirih mengharuskan kedua mempelai yang berkehendak untuk bersatu dalam cinta hendaknya saling membuka hati dan diri mereka agar keduanya saling terbuka, semakin mencintai atau belajar saling mencintai satu sama lain.
Mereka melempar sirih dengan kehendak sendiri tidak dipaksa oleh siapa pun untuk bersatu dalam cinta. Oleh karena itu mereka harus berani menerima persamaan dan perbedaan dengan penuh kesadaran. Orang tua atau pun pihak lain mana pun tidak dapat dipersalahkan jika sewaktu-waktu diantara keduanya timbul ketidakcocokkan, walau-pun orang tua akan selalu siap mengiringi perja-lanan rumah tangga keduanya. Hal ini dilambangkan dengan sampiran kain selendang yang mengiringi kedua mempelai mengikuti prosesi selanjutnya.
Perkawinan dalam adat Jawa tidak meng-hilangkan pertalian antara orang tua dengan anak-anaknya. Orang tua tidak akan melepaskan tanggung jawab terhadap anak-anaknya yang sudah menikah. Anaknya yang sudah menikah tetap diberikan pen-dampingan untuk menapaki kehidupan berumah tangga. Pendampingan yang dilakukan orang tua bersifat membimbing dan tidak mencampuri urusan yang masuk dalam wilayah pribadi. Orang tua dinilai baik jika melakukan peran yang demikian, sebaliknya jika orang tua tidak melakukannya akan dipandang tidak etis oleh masyarakat.
Prosesi menginjak telur melambangkan bahwa perkawinan yang berlangsung akan meng-hasilkan keturunan. Sebuah keluarga akan lengkap jika di dalamnya hadir keturunan-keturunan hasil pernikahan kedua mempelai. Kehadiran putra-putri dalam sebuah keluarga ibarat sebuah pelita yang memberikan sina kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga. Rumah tangga yang tidak dihiasi oleh keturunan dipandang sebagai keluarga yang belum sukses dalam mengisi bahtera keluarga.
Kehadiran putra-putri dalam sebuah perka-winan harus direncanakan dengan baik dan setelah hadir di tengah-tengah keluarga juga harus dirawat dengan sebaik-baiknya. Keluarga yang mampu mengurus putra-putri mereka dengan baik akan dipandang sebagai keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Kedua mempelai wajib secara mandiri mengatur kehidupan rumah tangga masing-masing dan tidak bergantung kepada pihak lain, termasuk kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua hanya melakukan pendampingan, tidak boleh larut dengan mencampuri persoalan keluarga kedua mempelai.
Kemandirian kedua mempelai diwujudkan dalam bentuk kewajiban sang suami melindungi istri, mencari nafkah dan menyerahkannya kepada sang istri. Sang istri pun wajib menerima dan mengolah apa pun yang diberikan oleh sang suami. Keluarga yang tidak menjalankan peran seperti itu akan dinilai tidak baik oleh masyarakat.
Pada situasi tertentu, seorang suami mung-kin tidak mampu memberikan nafkah kepada sang istri. Pada situasi inilah sang istri akan berjuang membantu suami mencari nafkah,  bahkan tidak jarang menggantikan posisi sang suami sebagai pencari nafkah keluarga. Peran seorang perempuan dalam keluarga Jawa umumnya menggunakan pola hidup seperti ini dan dianggap sebagai sesuatu yang etis.
Dalam kehidupan berumah tangga, suami dan istri harus bekerja sama dengan saling memberi dan saling menerima. Proses memberi dan mene-rima bukan hanya berbentuk lahiriah seperti men-cari nafkah, namun juga bersifat batiniah.
Sang suami yang hanya mementingkan diri sendiri atau sang istri yang tidak memperdulikan keperluan suami dipandang kurang elok oleh masyarakat, disamping menimbulkan berbagai persoalan diantara keduanya. Kebersamaan yang ditunjukkan oleh sepasang suami istri akan menja-dikan keduanya mampu menghadapi berbagai per-soalan hidup baik suka maupun duka dalam bahtera rumah tangga. Etika deskriptif memberikan gambaran mengenai berbagai ajaran, doktrin, teori dan prinsip moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menilai baik atau buruk tindakan seseorang. Ajaran, doktrin, teori atau prinsip moral merupakan aspek-aspek yang dipelajari dalam etika umum. Oleh karenanya, etika umum ”lebih” bersifat deskriptif.
Etika normatif merupakan norma-norma yang menuntun manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk sesuai dengan kaidah yang berlaku di masyarakat. Etika normatif melakukan penilaian terhadap tingkah laku manusia secara individual ataupun kelompok (sosial). Seba-gai individu, manusia terikat oleh kewajiban dan berupaya mencapai akhlak yang luhur atau menjadi orang yang bajik. Sebagai anggota kelompok, manusia berkaitan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, berinteraksi dengan individu lain atau kelompok baik formal ataupun non formal.
Etika khusus berkaitan dengan etika indivi-dual dan etika sosial. Etika individual berbicara tentang perilaku manusia terhadap dirinya sendiri untuk mencapai ahlak yang luhur. Etika sosial ber-bicara mengenai kewajiban, sikap dan perilaku sebagai anggota masyarakat yang mempunyai nilai-nilai tertentu seperti saling berinteraksi, saling menghormati, dan sebagainya. Etika sosial melahir-kan berbagai ragam etika seperti etika keluarga, etika bisnis, etika profesi dan sebagainya. Etika khusus, termasuk di dalamnya adalah etika sosial dan etika individual ”lebih” bersifat normatif. Etika profesi yang merupakan bagian dari etika sosial juga ”lebih” bersifat normatif.
Etika merupakan ilmu yang menetapkan ukuran atau kaidah yang mendasari pemberian tang-gapan atau penilaian terhadap perbuatan manusia. Kaidah atau norma adalah nilai yang mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan peraturan yang telah disepakati.
Kaidah atau norma biasanya berisi tentang perintah yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu karena akibatnya dipandang baik, Kaidah atau norma juga biasanya berisi tentang larangan yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu karena akibatnya dipandang tidak baik.
Kaidah atau norma-norma tersebut umum-nya berbentuk norma agama, susila, kesopanan dan norma hukum. Norma-norma tersebut menghasilkan etika agama, moral, etiket, kode etik dan seba-gainya. Etika agama atau moral terwujud dalam predikat moral baik dan buruk, etiket terwujud dalam bentuk sopan santun, sedangkan  norma hukum yang berbentuk kode etik berbentuk tata tertib yang memelihara perilaku profesional
Etika profesi adalah perilaku yang dianjur-kan secara tepat dalam bertindak  sesuai dengan nilai-nilai moral yang pada umumnya diterima oleh masyarakat. Etika profesi dihasilkan dari penerapan pemikiran etis yang berkaitan dengan perilaku profesi tertentu.  Profesi manajer misalnya, seharus-nya mempunyai etika yang berkaitan dengan kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Etika kepemimpinan yang seharusnya dicapai oleh seo-rang manajer adalah etika kepemimpinan yang memberdayakan.
Andi Kirana dalam bukunya yang berjudul Etika Manajemen menyatakan bahwa kepemimpi-nan yang memberdayakan adalah menghormati orang lain, menghargai kekuatan dan kontribusi mereka yang berbeda, menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur, bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan yang lain, menga-lami nilai pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
Menghormati orang lai, teruma orang yang menjadi bawahan tidak akan membuat kehormatan pemimpin menjadi berkurang. Pemimpin yang menghormati para bawahannya justru akan menumbuhkan rasa hormat orang lain, sehingga makin besar pengaruh yang dimilikinya terhadap orang lain.
Usaha atau kontribusi yang diberikan oleh bawahan hendaknya dihargai secara wajar, terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya. Pemim-pin hendaknya menyadari hakekat manusia yang berbeda-beda dalam kemampuannya.
Komunikasi, sebagai salah satu elemen penting dalam kepemimpinan hendaknya dikem-bangkan untuk mewujudkan etika kepemimpinan yang memberdayakan. Dengan komunikasi yang terbuka dan jujur, pengaruh seorang pemimpin terhadap bawahan yang dipimpinnnya akan lebih efektif.
Etika kepemimpinan yang memberdayakan juga mementingkan kepuasan pelanggan, berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan, mempunyai kesadaran akan adanya perbaikan sebagai suatu proses yang tetap sehingga setiap orang harus ikut ambil bagian secara aktif. Kepuasan pelanggan dapat terwujud apabila kebutuhan yang diharapkan dapat terpenuhi.
Pelanggan adalah pihak yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung dari produk atau proses. Pemimpin banyak melakukan interaksi dengan berbagai pelanggan, baik pelang-gan internal maupun eksternal. Bawahan merupakan pelanggan internal pemimpinnya, sebagaimana pemimpin juga adalah pelanggan internal para bawahan.
Sebagai anak buah, bawahan mempunyai berbagai kebutuhan baik yang kebutuhan fisik maupun lebih dari sekedar kebutuhan yang bersifat fisiologis. Semua kebutuhan tersebut, baik kebu-tuhan fisiologis (physiologis needs), kemanan (safety needs), sosial (social needs), harga diri (esteem needs) ataupun aktualisasi diri (self actualization needs) akan memberikan kepuasan bila terpenuhi sesuai tingkatannya.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seorang pemimpin hendaknya dapat menggunakan teknik kepemimpinan yang sesuai. Salah satu teknik kepe-mimpinan yang dipandang efektif untuk memuaskan tujuan tersebut adalah kepemimpinan transfor-masional.

B. Persamaan etika dan etiket
persamaan yang mendasar antara etika dan etiket, persamaan itu adalah:
a). Etika dan etiket sama-sama menyangkut perilaku manusia.
b). Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normative, yang artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Justru karena sifat normatif ini kedua istilah memang sering gampang dicampur adukkan.




C. Perbedaan etika dan etiket
Dalam pembicaraan sehari-hari sering tidak bisa dibedakan antara etika dan etiket. Dengan kata lain sering kedua istilah ini dicampuradukkan. Keduanya sebenarnya memiliki perbedaan yang hakiki, perbedaan tersebut adalah:
a). Etiket berkaitan dengan cara suatu perbutan yang harus dilakukan. Misalnya jika anak menerima sesuatu dari orang lain, ia hartus menggunakan tangan kanan. Dia akan dianggap melanggar etiket kalau ia menggunakan tangan kiri untuk menerima sesuatu. Dengan kata lain, etiket adalah tata krama atau sopan santun. Di dalamnya terkandung kumpulan cara-cara sikap bergaul yang baik diantara orang-orang yang telah beradab. Jadi etiket lebih membahas “apa yang sopan dan pantas”. Etika tidak terbatas pada cara yang dilakukan dalam suatu perbuatan. Etika justru memberi norma tentang suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Dengankata lain, etika justru lebih mendalam daripada etiket. Jadi etika justru menyangkut perbuatan itu sendiri, sementara etiket berkaitan dengan cara suatu perbuatan dilakukan.
b). Etiket hanya berlaku dalam interaksi ataupun relasi dengan sesama. Dengan kata lain bila tidak ada orang lain yang hadir dan melihat sebagai saksi mata dalam melakukan perbuatan, maka etiket sebenarnya tidak berlaku. Etika tidak bergantung akan hadirnya saksi, karena etika sendiri merupakan nilai yang menjadi norma dan mendasari suatu tindakan.
c). Etiket bersifat relative, yang artinya bisa berlaku dalam tempat, budaya, situasi tertentu namun tidak sama dalam tempat, budaya dan situasi yang lain. Etika jauh bersifat mutlak, kerana berlaku disetiap tempat, kebudayaan dan situasi serta tidak bisa ditawar-tawar atau diberi dispensasi.
d). Etiket memandang manusia hanya dari segi lahiriah saja, sedangkan etika justru menyangkut manusia dari segi mendalam. Orang bisa saja mengikuti tata cara secara penuh dan diperlihatkan dalam tindakan, akan tetapi batinnya justru bobrok dan penuh dengan kebusukan, banyak orang yang nampaknya baik akan tetapi justru melalui kebaikan yang ia tunjukkan dia justru mempunyai rencana yang jahat.


D.   JENIS – JENIS ETIKA
Beberapa pandangan terhadap etika:
Etika dapat ditinjau dari beberapa pandangan. Dalam Sejarah lazimnya pandangan ini dilihat dari segi filosofis yang melahirkan etika filosofis, ditinjau dari segi teologis yang melahirkan etika teologis, dan ditinjau dari pandangan sosiologis yang melahirkan etika sosiologis.
a). Etika filosofis
Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis sendiri berasal dari kata “philosophis” yang asalnya dari bahasa Yunani yakni: “philos” yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang menguraikan pokok-pokok etika atau moral menurut pandangan filsafat. Dalam filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk, masalah hak-kewajiban, maslah nilai-nilai moral secara mendasar. Disini ditinjau hubungan antara moral dan kemanusiaan secraa mendalam dengan menggunakan rasio sebagai dasar untuk menganalisa.
b). Etika teologis
Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral sebagai:
1.     Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan ataub sesuai dengan kehendak Tuhan.
2.     Perbuatan-perbuatan sbegai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan
3.     Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.
Orang beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin moral itu dibangun tanpa agama atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber pengetahuan dan kebenaran etika ini adalah kitab suci.

c). Etika sosiologis
Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini menitik beratkan pada keselamatan ataupun kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika sosiologis memandang etika sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan hidup bermasyarakat. Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan pembicaraan tentang bagaimana seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam hubungannya dengan masyarakat.
d). Etika Diskriptif dan Etika Normatif
Dalam kaitan dengan nilai dan norma yang digumuli dalam etika ditemukan dua macam etika, yaitu :
1. Etika Diskriptif
Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai. Etika ini berbicara tentang kenyataan sebagaimana adanya tentang nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakjta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit. Dengan demikian etika ini berbicara tentang realitas penghayatan nilau, namun tidak menilai. Etika ini hanya memaparkab, karenyanya dikatakan bersifat diskriptif.
2. Etika Normatif
Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam bertindak. Jadi etika ini berbicara tentang norma-norma yang menuntun perilaku manusia serta memberi penilaian dan hiambauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya Dengan. Demikian etika normatif memberikan petunjuk secara jelas bagaimana manusia harus hidup secara baik dan menghindari diri dari yang jelek.
Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan berbagai etika normative yang menjadi pedoman bagi manusia untuk bertindak. Norma-norma tersebut sekaligus menjadi dasar penilaian bagi manusia baik atau buruk, salah atau benar. Secara umum norma-norma tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a). Norma khusus
Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku dan tindakan manusia dalam kelompok/bidang tertentu. Seperti etika medis, etika kedokteran, etika lingkungan, eyika wahyu, aturan main catur, aturan main bola, dll. Di mana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan tidak bisa mengatur semua bidang. Misal: aturan main catur hanya bisa dipakai untuk permainan catur dan tidak bisa dipakai untuk mengatur permainan bola.
b). Norma Umum
Norma umum justru sebaliknya karena norma umum bersifat universal, yang artinya berlaku luas tanpa membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma umum dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu :
1.      Norma sopan santun; norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan sikap lahiriah seperti tata cara berpakaian, cara bertamu, cara duduk, dll. Norma ini lebih berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari, amak penilaiannnya kurang mendalam karena hanya dilihat sekedar yang lahiriah.
2.     Norma hukum; norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai macam peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma hukum dibandingkan dengan norma sopan santun lebih tegasdan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap orang yang melanggar norma ini. Norma hukum ini juga kurang berbobot karena hanya memberikan penilaian secara lahiriah saja, sehingga tidak mutlak menentukan moralitas seseorang.
3.     Norma moral;norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Norma moral menjadi tolok ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau buruk, oleh karena ini bobot norma moral lebih tinggi dari norma sebelumnya. Norma ini tidak menilai manusia dari satus segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya. Di sini terlihat secara jelas, penilannya lebih mendasar karena menekankan sikap manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya sebgai manusia dalam profesi yang diembannya. Norma moral ini memiliki kekhusunan yaitu :
1. Norma moral merupakan norma yang paling dasariah, karena langsung mengenai inti pribadi kita sebagai manusia.
2. Norma moral menegaskan kewajiban dasariah manusia dalam bentuk perintah atau larangan.
3. Norma moral merupakan norma yang berlaku umum
4. Norma moral mengarahkan perilaku manusia pada kesuburan dan kepenuhan hidupnya sebgai manusia.
d). Etika Deontologis
Istilah deontologis berasal dari kata Yunani yang berati kewajiban, etika ini menetapkan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Argumentasi dasar yang dipakai adalah bahwa suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari suatu tindakan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri baik pada dirinya sendiri.
Dari argumen di atas jelas bahwa etika ini menekankan motivasi, kemauan baik, dan watak yang kuat dari pelaku, lepas dari akibat yang ditimbulkan dari pelaku. Menanggapi hal ini Immanuel kant menegaskan dua hal:
1.     Tidak ada hal di dinia yang bisa dianggap baik tanpa kualifikasi kecuali kemauan baik. Kepintaran, kearifan dan bakat lainnya bisa merugikn kalau tanpa didasari oleh kemauan baik. Oleh karena itu Kant mengakui bahwa kemauan ini merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kebahagiaan.
2.     Dengan menekankan kemauan yang baik tindakan yang baik adalah tindakan yang tidak saja sesuai dengan kewajiban, melainkan tindakan yang dijalankannya demi kewajiban. Sejalan dengan itu semua tindakan yang bertentangan dengan kewajiban sebagai tindakan yang baik bahkan walaupun tindakan itu dalam arti tertentu berguna, harus ditolak.
Namun, selain ada dua hal yang menegaskan etika tersebut, namun kita juga tidak bisa menutup mata pada dua keberatan yang ada yaitu:
Bagaimana bila seseorang dihadapkan pada dua perintah atau kewajiban moral dalam situasi yang sama, akan tetapi keduanya tidak bisa dilaksankan sekaligus, bahkan keduanya saling meniadakan.
Sesungguhnya etika seontologist tidak bisa mengelakkan pentingnya akibat dari suatu tindakan untuk menentukan apakah tindakan itu baik atau buruk.


c) Etika Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa Yunani, yakni “telos” yang berati tujuan. Etika teleologis menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk baik buruknya suatu tindakan. Dengan kata lain, suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan untuk mencapai sesuatu yang baik atau kalau akibat yang ditimbulkan baik.
E. Etika Sebagai Cabang Filsafat
             Etika merupakan cabang filsafat yang mengenakan refleksi serta metode pada tugas manusia dalam upaya menggali nilai-nilai moral atau -menerjemahkan berbagai nilai itu ke dalam norma-norma dan menerapkannya pada situasi kehidupan konkret.
Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat, ia mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia.
             Sebagai ilmu dan filsafat, etika menghendaki ukuran yang umum, tidak berlaku untuk sebagian dari manusia, tetapi untuk semua manusia.





F. GUNA ETIKA
1. Etika membuat kita memiliki pendirian dalam pergolakan berbagai pandangan moral yang kita hadapi.
2. Etika membantu agar kita tidak kehilangan orientasi dalam transformasi budaya, sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda dunia kita.
3. Etika juga membantu kita sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang merebak di dalam masyarakat secara kritis dan obeyktif.




G.Pentingnya etika dalam kehidupan sehari-hari

Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

Dalam kehidupan sehari-hari etika sangatlah penting peranannya, karena dengan adanya etika maka dapat mengatur bagaimana manusia dapat bergaul atau bersosialisasi dengan sesamanya. Yang mendasari tumbuh kembangnya etika dalam kehidupan kita adalah agar perbuatan yang tengah kita jalankan sesuai dengan adat atau kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.

Etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia, karena dengan adanya etika membuat manusia berorientasi bagaimana ia menjalankan kehidupannya dalam tindakannya sehari-hari dan bisa membedakan  perbuatannya benar atau salah.

Tapi dalam kenyataanya etika perlahan-lahan mulai hilang seiring perkembangan jaman, coba kita lihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita banyak sekali persoalan yang melanggar etika, hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran manusia akan pentingnya etika. Hal inilah yang menyebabkan terjadi berbagai peristiwa yang melanggar moral.

Karena itu etika sangatlah penting kita terapkan dalam kehidupan kita agar kita bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk selain itu memberi batasan dalam pergaulan kita dengan sesama agar bisa  tercapai kehidupan yang aman dan tentram.Selain itu dapat menciptakan suasana hidup yang aman dan tentram.
H.PERANAN ETIKA DALAM DUNIA MODERN
Etika sebagai pemikiran sistematis tentang moralitas tidak berpretensi untuk secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Dalam artinya sebagai ilmu, etika sebenarnya tidak perlu dimiliki oleh setiap orang,walaupun setiap orang membutuhkan moralitas. Yang dihasilkan secara lanngsung dari etika bukanlah kebaikan, melainkan suatu pemhaman yang lebih mendasar dan kritis tentang yang dianggap baik dan buruk secara moral. Untuk apa bagi kita pemahaman seperti itu? Jawaban atas pertanyaan ini dapat dikembangkan berdasarkan beberapa pemikiran berkaitan dengan tantangan zaman modern, di mana manusia dapat di gambarkan sebagai yang sedang mencari orientasi. Ada beberapa alasan penting mengapa etika pada Zaman kita semakin perlu
1.Adanya pluralisme moral
Adalah suatu kenyataan sekarang ini bahwa kita hidup dalam zaman yang semakin pluralistic, tidak terkecuali dalam hal moralitas.Setiaphari kita bertemu dengan orang-orang dari suku, daerah, alpisan social dan agama yang berbeda.Pertemuan ini semakin diperbanyak dandiperluas oleh kemajuan yang telah dicapai dalam dunia teknologi informasi, yang telah mengalami perkembangan sangat pesat. Dalam pertemuan langsung dan tak langsung dengan berbagai lapisan dankelompok masyarakat kita menyaksikan atau berhdapan dengan berbagai pandangan dan sikap yang, selain memiliki banyak kesamaan,memiliki juga banyak perbedaan bahkan pertentangan. Masing-masing pandangan mengklaim diri sebagai pandangan yang paling benar dansah.Kita m engalami sepertinya kesatuan tatanan normative sudah tidakada lagi. Berhadapan dengan situasi semacam ini, kita akhirnyabertanya, tapi yang kita tanyakan bukan hanya apa yang merupakan kewajibankita dan apa yang tidak, melainkan manakah norma-norma untuk menentukan apa yang harus dianggap sebagai kewajiban. Dengan demikian norma-norma sendiri dipersoalkan.
2.Timbulnya masalah-masalah etis baru
Ciri lain yang menandai zaman kita adalah timbulnya masalah-masalah etis baru, terutama yang di sebabkan perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu-ilmu biomedis. Telahterjadi manipulasi genetis, yakni campur tangan manusia atas perkembang biakan gen-gen manusia.Ada reproduksi artifisal seperti fertilisasi in vitro, entah dengan donor atau tanpa donor, entah denganibuyang “menyewakan” rahimnya atau tidak. Bias terjadi juga adanya eksperimen dengan jaringan embrio untuk menyembuhkan penyakit tertentu, entah jaringan itu diperoleh melalui abortus yang disengaja atau abortus spontan. masalah kloning dan penciptaan manusia-manusiasuper serta tindakan manipulasi genetic lainnya sangatlah mengandung masalah-masalah etis yang serius dalam kehidupan manusia.Bagaimana sikap kita mengahadapi perkembangan seperti ini? Disinilah kajian dan pertanggung jawaban etika diperlukan.
3.Munculnya kepedulian etis yang semakin universal.
Ciri berikutnya yang menandai zaman kita adalah adanya suatu kepedulian etis yang semakin universal.Di berbagai tempat atau wilayah di dunia kita menyaksikan gerakan perjuangan moral untuk masalah-masalah bersaama umat manusia. Selain gerakan-gerakan perjuangan moral yang terorganisir seperti dalam bentuk kerjasama antar Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat, antar Dewan Perwakilan Rakyat dari beberapa negara atau Serikat-serikat Buruh, dan sebagainya, juga kita dapat menyaksikan adanya suatu kesadaran moral universal yang tidak terorganisir tapi terasa hidup dan berkembang di
aman-mana. Ungkapan-ungkapan kepedulian etis yang semakin berkembang ini tidaklah mungkin terjadi tanpa di latarbelakangi oleh kesadaran moral yang universal. Gejala paling mencolok tentang kepedulian etis adalah Deklarasi Universal tentang Hak-hak AzasiManusia, yang diproklamirkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)pada 10 Desember 1984. Proklamasi ini pernah diseebut sebagaikejadian etis paling penting dalam abad ke-20, dan merupakanpernyataan pertama yang diterima secara global karena diakui olehsemua anggota PBB. Selain dari apa yang sudah di deklarasikantersebut, ada banya kjuga kepedulian etis yang bersifat universal, diantaranya terutama masalah-masalah etis yang berkaitan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, masalah lingkungan hidup dan sebagainya. Dengan kepedulian etis yang universal ini, makapluralisme moral pada bagian pertama di atas dapat menjadi persoalan tersendiri.Universal berhadapan dengan pluralitas.
4.Hantaman gelombang modernisasi.
Kita sekarang ini hidup dalam masa transformasi masyarakat yangtanpa tanding.Perubahan yang terus terjadi itu muncul di bawah hantaman kekuatan yang mengenai semua segi kehidupan kita, yaitu gelombang modernisasi.
Yang dimaksud modernisasi di sini bukan hanya menyangkut barang atau peralatan yang di produksi semakin canggih, melainkan juga dalam hal cara berpikir yang telah berubah secara radikal. Ada banyak caraberpikir yang berkembang, seperti rasionalisme, individualisme,nasionalisme, sekularisme, materialisme, konsumerisme, pluralismereligius serta cara berpikir dan pendidikan modern yang telah banyak mengubah lingkungan budaya, sosial dan rohani masyarakat kita.
5. tawaran berbagi ideologi
Proses perubahan sosial budaya dan moral yang terus terjadi, tidakjarang telah membawa kebingungan bagi banyak orang atau kelompokorang. Banyak orang merasa kehilangan pegangan, dan tidak tahu harusberbuat atau memilih apa. Situasi seperti ini tidak jarang dimanfaatkanoleh berbagai pihak untuk menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai jawaban atas kebingungan tadi.Ada cukup banyak orang yang terombang ambing mengikuti tawaran yang masing-masing memilikidaya tariknya sendiri itu.Disini etika dapat membantu orang untuk sanggup menghadapi secara kritis dan objektif berbagai ideologi yang muncul.Pemikiran kritis dapat membantu untuk membuat penilaian yang rasional dan objektif, dan tidak mudah terpancing oleh berbagai alasan yang tidak mendasar.
Sikap kritis yang dimaksud di sini bukan suatu sikap yang begitu sajamenolak ide-ide baru atau juga begitu saja menerimanya, melainkan melakukan penilaian kritis untuk memahami sejauh mana ide-ide baruitu dapat diterima dan sejauh mana harus dengan tegas ditolak.
6. Tantangan bagi agamawan
Etika juga diperlukan oleh para agamawan untuk tidak menutup diriterhadap persoalan-persoalan praktis kehidupan umat manusia.Di satupihak agama menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, namun sekaligus diharapkan juga mau berpartisipasi tanpa takut-takut dan menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang mengalami perubahan hampir disegala bidang.Walau etika tidak adapat menggantikan agama, namunetika tidaklah bertentangan dengan agama, dan bahwa agama memerlukan etika. Alasan yang bisa dikemukakan bagi pentingnya etika untuk agama adalah, pertama: masalah interpretasi terhadap
perintah atau hukum yang termuat dalam wahyu Tuhan, terutama seperti tertuang dalam kitab suci keagamaan. Banyak ahli agama,bahkan yang seagama sekalipun, sering berbeda pendapat tentang apayang sebenarnya mau diungkapkan dalam wahyu itu. Hal kedua adalah: mengenai masalah-masalah moral yang baruu, yang tidak langsungdibahas dalam wahyu itu sendiri. Bagaimana menanggapi dari segiagama masalah-masalah moral yang pada waktu wahyu diterima belum dipikirkan.Untuk mengambil sikap yang dapat dipertanggung jawabkan terhadap masalah-masalah yang timbul kemudian, diperlukan etika. Disini etika dapat dimengerti sebagai usaha manusia untuk memakai akalbudi dan daya pikirnya yang rasional untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik. Usaha seperti initidak bertentangan dengan iman, karena akal budi juga merupakan anugerah besar dari Sang Pencipta kepada manusia.
Dari semua yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa di masa pra-modern, tradisi menduduki tempat utama, menjadi satu-satunya acuan,tetapi tidak demikian halnya sekarang. Kini “tradisi” dipertanyakan,diragukan, danmungkin juga dibuang. Meski demikian, tradisi tidaklah hilang. Zaman sekarang dapat disebut post-traditional society, di manaorang masih membangun naratif-naratif, dan kehidupaan mereka tidak mengalami fragmentasi sebagaimana dibayangkan oleh orang-orang pengagum post-modernisme



















BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN

1. Etika adalah ilmu tentang baik dan buruk serta tentang kewajiban dan hak. Etika dapat diartikan sebagai kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak. Etika adalah nilai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika terdiri dari etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif menggam-barkan tingkah laku manusia apa adanya, sedangkan etika normatif menilai tingkah laku tersebut. Etika secara sistematis dibedakan atas etika umum dan etika khusus. Etika umum melahirkan teori, sedangkan etika khusus melahirkan etika individual dan etika sosial. Etika umum ”lebih” bersifat deskriptif, sedangkan etika khusus ”lebih” bersifat normatif. Sifat deskriptif etika umum terlihat dari paparan filosof tertentu pada ajaran, doktrin atau teorinya. Sifat normatif etika khusus terlihat, misal-nya pada etika profesi.
Pemahaman seseorang mengenai etika sering-kali kurang tepat. Ada yang mengartikan etika seba-gai tentang apa yang yang baik dan apa yang buruk, tapi banyak pula yang mengartikan etika sebagai nilai mengenai benar dan salah. Ada pula yang mengartikan etika sebagai kumpulan nilai-nilai yang berkenaan dengan ahlak. Pemahaman yang demikian disebabkan oleh karakteristik etika yang bersifat deskriptif dan nor-matif, sehingga dinamakan sebagai etika des-kriptif dan etika normatif. Etika deskriptif membe-rikan gambaran mengenai suatu norma tanpa mem-berikan penilaian, sedangkan etika normatif mem-berikan penilaian terhadap norma yang berlaku, tidak sekedar menggambarkan norma-norma tersebut.
2.     Kebaikan merupakan hal yang dapat dicapai oleh manusia dengan melaksanakan kemauannya dan berupaya dengan hal yang berkaitan dengan tujuan diciptakannya manusia. Sedangkan keburukan merupakan penghambat manusia mencapai kebaikan, di mana hambatan ini berupa kemauan dan upayanya, atau berupa kemalasan dan keengganan mencari kebaikan.

B.    SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalaha ndan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah dimasa yang akan datang.















DAFTAR PUSTAKA
K. Bertens. (2007).Etika.Jakarta:Gramedia Pustaka Umum
Sibage. (2013). Makalah Tentang Etika. Diakses 10 MEl 2016, dari
Aprillia Anidar. (2014). Konsep Dasar Etika Umum. Diakses 10                                 
     MEI 2016, dari
umum.html
One Science. (2013). Konsep Dasar Etika Umum. Diakses 10 MEI                                          2016, dari
umum.html
Erna Mariana. (2013). Makalah Etika. Diakses 10 MEI 2016, dari
Aprillin. (2009). Amoral Imoral. Diakses 10 MEI  2016, dari






Tidak ada komentar:

Posting Komentar