ETIKA
PROFESI
“ETIKA UMUM”
“ETIKA UMUM”
Disusun
Oleh :
KELOMPOK
2 :
FESSY NOVITA SARI (14010010)
|
DEPI PERMATA SARI (14010006)
|
DWI LEVVINA (14010007)
|
EDI SUTRIMO (14010008)
|
ENDAH SRI UTARI (14010009)
|
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN HARAPAN BANGSA
BENGKULU
2016/2017
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadhirat Allah
SWT, yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul“ETIKA UMUM” .
Kemudian shalawat beriring salam marilah sama-sama
kita sanjungkan
kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW dan segenap keluarga beserta parasahabat
sekalian.Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pengasuh saya dan
kepadasemua pihak yang telah membantu sehingga terselesainya makalah ini.
Saya harapkan makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan bagi mahasiswa/mahasiswi lainnya yang membaca makalahini, sehingga
dapat menambah wawasan kita semua.Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca demikesempurnaannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan
dimasa yang akan datang.
Bengkulu, 10 mei 2016
II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
I
KATA PENGANTAR
........................................................................................II
DAFTAR ISI ......................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
..................................................................................
1.1
Latar belakang
...................................................................................1
1.2
Rumusan
masalah.............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
...................................................................................
A. pengertian etika .................................................................................2
B.
Persamaan etika dan etiket................................................................11
C. Perbedaan etika dan etiket..................................................................12
D.
jenis-jenis etika
................................................................................13
E. etika
sebagai cabang filsafat...........................................................18
F. guna
etika ........................................................................................18
G. pentingnya etika dalam kehidupan sehari-hari..................................19
H. peranan etika dalam dunia modern...................................................20
BAB III PENUTUP
................................................................................
A. Kesimpulan
....................................................................................25
B.
Saran
..............................................................................................26
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................27
III
BAB l
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Di zaman modern ini, masalah etika
di Indonesia mulai mengalami penurunan. Sebagian besar masyarakat mulai
mengabaikan persoalan etikanya. Terutama etika dalam pergaulan. Hal ini terjadi
di akibatkan masuknya ajaran-ajaran barat yang akhirnya mengikis ada budaya
masyarakat Indonesia secara perlahan-perlahan.
Di
lingkungan masyarakat banyak sekali orang yang mempersalah kan tentang masalah
etika dan moral seseorang.Bahkan etika dan moral itu adalah hal yang sering
dikait-kaitkan oleh masyarakat,seringkali masyarakat salah mengartikannya dan
menganggapnya sama. Akan tetapi, sesungguhnya mereka berbeda,karna hal itu lah
penulis ingin membuat makalah ini supaya pembaca menjadi tahu perbedaan antara
etika dan moral,amoral dan imoral,etika dan etiket,serta etika sebagai cabang
filsafat.
1.2.Rumusan
masalah
A. Apa
pengertian etika ?
B.
Persamaan etika dan etiket?
C. Perbedaan etika dan etiket?
D.
Jelaskan jenis-jenis etika !
E. Bagaimana
etika sebagai cabang filsafat?
F. Apa
guna etika?
G.Apa pentingnya etika dalam kehidupan
sehari-hari?
H.Apa peranan etika dalam dunia modern?
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
ETIKA
Etika adalah ilmu tentang baik dan
buruk serta tentang kewajiban dan hak. Etika dapat diartikan sebagai kumpulan
azas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak. Etika adalah nilai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika terdiri dari etika deskriptif
dan etika normatif. Etika deskriptif menggam-barkan tingkah laku manusia apa
adanya, sedangkan etika normatif menilai
tingkah laku tersebut. Etika secara sistematis dibedakan atas etika umum dan
etika khusus. Etika umum melahirkan teori, sedangkan etika khusus melahirkan
etika individual dan etika sosial. Etika umum ”lebih” bersifat deskriptif,
sedangkan etika khusus ”lebih” bersifat normatif. Sifat deskriptif etika umum
terlihat dari paparan filosof tertentu pada ajaran, doktrin atau teorinya.
Sifat normatif etika khusus terlihat, misal-nya pada etika profesi.
Pemahaman seseorang mengenai etika
sering-kali kurang tepat. Ada yang mengartikan etika seba-gai tentang apa yang
yang baik dan apa yang buruk, tapi banyak pula yang mengartikan etika sebagai
nilai mengenai benar dan salah. Ada pula yang mengartikan etika sebagai
kumpulan nilai-nilai yang berkenaan dengan ahlak. Pemahaman yang demikian
disebabkan oleh karakteristik etika yang bersifat deskriptif dan nor-matif,
sehingga dinamakan sebagai etika des-kriptif dan etika normatif. Etika
deskriptif membe-rikan gambaran mengenai suatu norma tanpa mem-berikan
penilaian, sedangkan etika normatif mem-berikan penilaian terhadap norma yang
berlaku, tidak sekedar menggambarkan norma-norma terse-but.
Etika Jawa misalnya,
seringkali digambar-kan sebagai serangkaian norma yang berlaku dalam masyarakat
Jawa. Norma tingkah laku yang berlaku dikalangan masyarakat Jawa seringkali
dipandang sebagai nilai-nilai yang dikagumi oleh masyarakat jawa, namun oleh
masyarakat selain Jawa belum tentu demikian. Etika bersifat normatif, menilai
tingkah laku seseorang atau sekelompok masya-rakat, apakah memang demikian?
Penilaian tentang norma-norma tingkah laku tentunya bermuara kepada suatu
tujuan. Apakah tujuan yang dimaksud?
Secara sistematis, etika terbagi
atas etika umum dan etika khusus. Etika umum berbentuk teori, sedangkan etika
khusus yang terdiri dari etika individual dan etika sosial. Salah satu bentuk
etika khusus adalah etika profesi. Etika umum ”lebih” bersifat
deskriptif, sedangkan etika profesi ”lebih” bersifat normatif.
Etika umum melahirkan berbagai ragam
etika yang berhubungan dengan ajaran-ajaran atau doktrin yang dicetuskan oleh
para filosof. Etika khusus, terutama etika sosial menghasilkan berbagai etika,
seperti etika keluarga, etika bisnis, etika pro-fesi dan sebagainya.
Etika profesi mempunyai dinamika
tersen-diri yang berbeda dibandingkan dengan bentuk etika-etika sosial lainnya.
Dalam kehidupan beror-ganisasi atau menjalankan profesinya, seorang indi-vidu
atau kelompok seringkali dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut etika
manajemen. Bagaimanakah seharusnya seorang manajer menam-pilkan tingkah lakunya
dalam kehidupan beror-ganisasi? Apakah seorang manajer sudah menjalan-kan
perannya sesuai etika manajemen ?
Untuk memberikan pemahaman yang
tepat, maka perlu dilakukan penelaahan yang lebih men-dalam tentang hakekat
etika, baik yang bersifat nor-matif maupun yang bersifat deskriptif, termasuk
tujuan sebuah etika dan etika yang berlaku sebagai etika profesi. Penelaahan
dilakukan dengan studi literatur dan dikaitkan dengan berbagai fenomena yang
ditemui dalam kehidupan empiris.
Etika menganalisis makna yang
dikandung dalam predikat kesusilaan dan menyelidiki peng-gunaan predikat dalam
kehidupan sehari-hari. Dari sini lahirlah apa yang disebut sebagai etika
deskrip-tif
Etika deskriptif menggambarkan suatu
obyek secara cermat mengenai segala yang bersang-kutan dengan bermacam-macam
predikat dan tanggapan, terutama predikat dan tanggapan kesusi-laan yang
telah diterima dan digunakan dalam masyarakat.
Etika Jawa digambarkan sebagai norma
yang dianut dalam masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Jogjakarta dan Jawa Timur. Masyarakat Jawa Barat lebih mengenal etika Sunda
dibanding etika jawa, walaupun masih ter-letak di daerah Jawa.
Salah satu etika Jawa adalah etika perka-winan yang banyak menggunakan ritual adat Jawa yang digambarkan dalam acara panggih. Panggih merupakan acara yang dijalankan sebelum kedua mempelai dipersandingkan di pelaminan. Acara panggih dilaksanakan setelah mempelai laki-laki tiba di kediaman atau tempat perhelatan perkawinan dan disambut oleh mempelai perempuan.
Salah satu etika Jawa adalah etika perka-winan yang banyak menggunakan ritual adat Jawa yang digambarkan dalam acara panggih. Panggih merupakan acara yang dijalankan sebelum kedua mempelai dipersandingkan di pelaminan. Acara panggih dilaksanakan setelah mempelai laki-laki tiba di kediaman atau tempat perhelatan perkawinan dan disambut oleh mempelai perempuan.
Acara panggih diawali dengan
pertemuan kedua mempelai yang diiringi alhnan musik kebogiro. Dalam pertemuan
pertama, kedua mem-pelai saling melempar daun sirih yang dilipat sedemikian
rupa kepada pasangannya dalam acara balang sirih. Ritual ini menggambarkan asal
mula kedua mempelai bertemu dengan saling melempar kasih. Daun sirih yang
bentuknya seperti lambang cinta dilambangkan sebagai hati masing-masing kedua
mempelai. Keduanya saling melempar sirih, saling melempar lambang hati atau
saling melempar cinta. Pertemuan mereka adalah kehendak hati masing-masing,
tidak dipertemukan berdasarkan paksaan pihak lain.
Kedua mempelai akan dibimbing oleh
kedua orang tua memasuki rumah atau tempat per-helatan. Keduanye dibimbing
dengan menggunakan kain selendang untuk mengikuti prosesi selanjutnya, yakni
acara menginjak telur.
Acara menginjak telur dilakukan oleh
mempelai laki-laki, kemudian kedua kaki mempelai laki-laki tersebut dibasuh
oleh mempelai perem-puan. Ritual ini menggambarkan kesiapan mempe-lai laki-laki
untuk membuahi mempelai perempuan untuk melanjutkan keturunan dengan simbol
meme-cahkan telur. Mempelai perempuan digambarkan kesiapannya untuk merawat
buah perkawinan dengan mengurus dan memelihara keturunan yang diberikan oleh
mempelai laki-laki.
Kedua mempelai terus didampingi oleh
kedua orang tua mempelai perempuan menuju ke tempat pelaminan dipeluk dengan
sehelai selen-dang. Ritual ini melambangkan adanya pendam-pingan kedua orang
tua mempelai untuk menempati rumah tangga yang baru yang dilambangkan dalam
bentuk pelaminan.
Di pelaminan kedua mempelai
melakukan acara pangkon, kacar-kucur, suap-suapan dan seba-gainya. Pangkon
artinya kedua mempelai berpang-kuan, mempelai laki-laki memangku mempelai
perempuan. Pangkon menggambarkan peran seo-rang suami untuk memangku tanggung
jawab terhadap istri dan keluarganya.
Dalam acara kacar-kucur, mempelai
laki-laki mengucurkan sekantung beras ke dalam kan-tung beras yang dipegang
mempelai perempuan. Kacar-kucur merupakan gambaran kewajiban mem-pelai
laki-laki untuk memberikan nafkah kepada istri dan keluarga.
Suap-suapan adalah saling suap kedua
mempelai yang menggambarkan keharusan saling memberi dan menerima antara kedua
mempelai. Suami memberi kepada istri dan menerima dari sang istri. Sang istri
pun memberi kepada suami, tidak hanya menerima dari sang suami.
Etika deskriptif melukiskan
segala sesuatu secara secara netral dan tidak memberikan peni-laian. Etika
deskriptif hanya memberikan gambaran apa adanya, berikut makna-makna yang
terkandung dalam setiap perbuatan dan tidak memberikan peni-laian. Etika tidak
hanya bersifat deskriptif, tetapi juga normatif. Etika tidak terbatas pada
pemantauan terhadap moralitas, tetapi melakukan juga penilaian dengan refleksi
kritis, metodis dan sistematis ten-tang tingkah laku manusia berkaitan dengan
norma.
Penilaian tersebut merupakan
refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma atau sudut baik
dan buruk. Etika normatif membicarakan apa yang seharusnya dikerjakan, apa yang
seharusnya terjadi atau apa yang memung-kinkan seseorang melakukan hal yang
bertentangan dengan seharusnya.
Etika normatif mengemukakan
penilaian tentang perilaku manusia dan menilai perilaku terse-but sesuai dengan
norma tertentu. Etika normatif tidak sekedar melukiskan suatu tingkah laku
tetapi menentukan benar tidaknya tingkah laku seseorang. Etika normatif tidak
deskriptif, tetapi bersifat preskriptif (memerintahkan).
Dalam etika normatif, etika Jawa
yang digambarkan dalam uraian di atas diberikan peni-laian. Acara balang sirih
mengharuskan kedua mempelai yang berkehendak untuk bersatu dalam cinta
hendaknya saling membuka hati dan diri mereka agar keduanya saling terbuka,
semakin mencintai atau belajar saling mencintai satu sama lain.
Mereka melempar sirih dengan
kehendak sendiri tidak dipaksa oleh siapa pun untuk bersatu dalam cinta. Oleh
karena itu mereka harus berani menerima persamaan dan perbedaan dengan penuh
kesadaran. Orang tua atau pun pihak lain mana pun tidak dapat dipersalahkan
jika sewaktu-waktu diantara keduanya timbul ketidakcocokkan, walau-pun orang
tua akan selalu siap mengiringi perja-lanan rumah tangga keduanya. Hal ini
dilambangkan dengan sampiran kain selendang yang mengiringi kedua mempelai mengikuti
prosesi selanjutnya.
Perkawinan dalam adat Jawa tidak
meng-hilangkan pertalian antara orang tua dengan anak-anaknya. Orang tua tidak
akan melepaskan tanggung jawab terhadap anak-anaknya yang sudah menikah.
Anaknya yang sudah menikah tetap diberikan pen-dampingan untuk menapaki
kehidupan berumah tangga. Pendampingan yang dilakukan orang tua bersifat
membimbing dan tidak mencampuri urusan yang masuk dalam wilayah pribadi. Orang
tua dinilai baik jika melakukan peran yang demikian, sebaliknya jika orang tua
tidak melakukannya akan dipandang tidak etis oleh masyarakat.
Prosesi menginjak telur melambangkan
bahwa perkawinan yang berlangsung akan meng-hasilkan keturunan. Sebuah keluarga
akan lengkap jika di dalamnya hadir keturunan-keturunan hasil pernikahan kedua
mempelai. Kehadiran putra-putri dalam sebuah keluarga ibarat sebuah pelita yang
memberikan sina kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga. Rumah tangga yang
tidak dihiasi oleh keturunan dipandang sebagai keluarga yang belum sukses dalam
mengisi bahtera keluarga.
Kehadiran putra-putri dalam sebuah
perka-winan harus direncanakan dengan baik dan setelah hadir di tengah-tengah
keluarga juga harus dirawat dengan sebaik-baiknya. Keluarga yang mampu mengurus
putra-putri mereka dengan baik akan dipandang sebagai keluarga yang bahagia dan
sejahtera.
Kedua mempelai wajib secara mandiri
mengatur kehidupan rumah tangga masing-masing dan tidak bergantung kepada pihak
lain, termasuk kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua hanya melakukan
pendampingan, tidak boleh larut dengan mencampuri persoalan keluarga kedua
mempelai.
Kemandirian kedua mempelai
diwujudkan dalam bentuk kewajiban sang suami melindungi istri, mencari nafkah
dan menyerahkannya kepada sang istri. Sang istri pun wajib menerima dan
mengolah apa pun yang diberikan oleh sang suami. Keluarga yang tidak
menjalankan peran seperti itu akan dinilai tidak baik oleh masyarakat.
Pada situasi tertentu, seorang suami
mung-kin tidak mampu memberikan nafkah kepada sang istri. Pada situasi inilah
sang istri akan berjuang membantu suami mencari nafkah, bahkan tidak
jarang menggantikan posisi sang suami sebagai pencari nafkah keluarga. Peran
seorang perempuan dalam keluarga Jawa umumnya menggunakan pola hidup seperti
ini dan dianggap sebagai sesuatu yang etis.
Dalam kehidupan berumah tangga,
suami dan istri harus bekerja sama dengan saling memberi dan saling menerima.
Proses memberi dan mene-rima bukan hanya berbentuk lahiriah seperti men-cari
nafkah, namun juga bersifat batiniah.
Sang suami yang hanya mementingkan diri
sendiri atau sang istri yang tidak memperdulikan keperluan suami dipandang
kurang elok oleh masyarakat, disamping menimbulkan berbagai persoalan diantara
keduanya. Kebersamaan yang ditunjukkan oleh sepasang suami istri akan
menja-dikan keduanya mampu menghadapi berbagai per-soalan hidup baik suka
maupun duka dalam bahtera rumah tangga. Etika deskriptif memberikan gambaran
mengenai berbagai ajaran, doktrin, teori dan prinsip moral yang dapat dijadikan
sebagai pedoman untuk menilai baik atau buruk tindakan seseorang. Ajaran,
doktrin, teori atau prinsip moral merupakan aspek-aspek yang dipelajari dalam
etika umum. Oleh karenanya, etika umum ”lebih” bersifat deskriptif.
Etika normatif merupakan norma-norma
yang menuntun manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang
buruk sesuai dengan kaidah yang berlaku di masyarakat. Etika normatif melakukan
penilaian terhadap tingkah laku manusia secara individual ataupun kelompok
(sosial). Seba-gai individu, manusia terikat oleh kewajiban dan berupaya mencapai
akhlak yang luhur atau menjadi orang yang bajik. Sebagai anggota kelompok,
manusia berkaitan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, berinteraksi
dengan individu lain atau kelompok baik formal ataupun non formal.
Etika khusus berkaitan dengan etika
indivi-dual dan etika sosial. Etika individual berbicara tentang perilaku
manusia terhadap dirinya sendiri untuk mencapai ahlak yang luhur. Etika sosial
ber-bicara mengenai kewajiban, sikap dan perilaku sebagai anggota masyarakat
yang mempunyai nilai-nilai tertentu seperti saling berinteraksi, saling
menghormati, dan sebagainya. Etika sosial melahir-kan berbagai ragam etika
seperti etika keluarga, etika bisnis, etika profesi dan sebagainya. Etika
khusus, termasuk di dalamnya adalah etika sosial dan etika individual ”lebih”
bersifat normatif. Etika profesi yang merupakan bagian dari etika sosial juga
”lebih” bersifat normatif.
Etika merupakan ilmu yang menetapkan
ukuran atau kaidah yang mendasari pemberian tang-gapan atau penilaian terhadap
perbuatan manusia. Kaidah atau norma adalah nilai yang mengatur dan memberikan
pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk
berperilaku sesuai dengan peraturan yang telah disepakati.
Kaidah atau norma biasanya berisi
tentang perintah yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu
karena akibatnya dipandang baik, Kaidah atau norma juga biasanya berisi tentang
larangan yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu
karena akibatnya dipandang tidak baik.
Kaidah atau norma-norma tersebut
umum-nya berbentuk norma agama, susila, kesopanan dan norma hukum. Norma-norma
tersebut menghasilkan etika agama, moral, etiket, kode etik dan seba-gainya.
Etika agama atau moral terwujud dalam predikat moral baik dan buruk, etiket
terwujud dalam bentuk sopan santun, sedangkan norma hukum yang berbentuk
kode etik berbentuk tata tertib yang memelihara perilaku profesional
Etika profesi adalah perilaku yang
dianjur-kan secara tepat dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral
yang pada umumnya diterima oleh masyarakat. Etika profesi dihasilkan dari
penerapan pemikiran etis yang berkaitan dengan perilaku profesi tertentu.
Profesi manajer misalnya, seharus-nya mempunyai etika yang berkaitan dengan
kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Etika kepemimpinan yang seharusnya
dicapai oleh seo-rang manajer adalah etika kepemimpinan yang memberdayakan.
Andi Kirana dalam bukunya yang
berjudul Etika Manajemen menyatakan bahwa kepemimpi-nan yang memberdayakan
adalah menghormati orang lain, menghargai kekuatan dan kontribusi mereka yang
berbeda, menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan jujur, bertanggung
jawab untuk bekerja sama dengan yang lain, menga-lami nilai pertumbuhan dan
perkembangan pribadi.
Menghormati orang lai, teruma orang
yang menjadi bawahan tidak akan membuat kehormatan pemimpin menjadi berkurang.
Pemimpin yang menghormati para bawahannya justru akan menumbuhkan rasa hormat
orang lain, sehingga makin besar pengaruh yang dimilikinya terhadap orang lain.
Usaha atau kontribusi yang diberikan
oleh bawahan hendaknya dihargai secara wajar, terlepas dari segala kekurangan
dan kelebihannya. Pemim-pin hendaknya menyadari hakekat manusia yang
berbeda-beda dalam kemampuannya.
Komunikasi, sebagai salah satu
elemen penting dalam kepemimpinan hendaknya dikem-bangkan untuk mewujudkan
etika kepemimpinan yang memberdayakan. Dengan komunikasi yang terbuka dan
jujur, pengaruh seorang pemimpin terhadap bawahan yang dipimpinnnya akan lebih
efektif.
Etika kepemimpinan yang
memberdayakan juga mementingkan kepuasan pelanggan, berusaha memenuhi kebutuhan
pelanggan, mempunyai kesadaran akan adanya perbaikan sebagai suatu proses yang
tetap sehingga setiap orang harus ikut ambil bagian secara aktif. Kepuasan
pelanggan dapat terwujud apabila kebutuhan yang diharapkan dapat terpenuhi.
Pelanggan adalah pihak yang terkena
dampak langsung maupun tidak langsung dari produk atau proses. Pemimpin banyak
melakukan interaksi dengan berbagai pelanggan, baik pelang-gan internal maupun
eksternal. Bawahan merupakan pelanggan internal pemimpinnya, sebagaimana
pemimpin juga adalah pelanggan internal para bawahan.
Sebagai anak buah, bawahan mempunyai
berbagai kebutuhan baik yang kebutuhan fisik maupun lebih dari sekedar
kebutuhan yang bersifat fisiologis. Semua kebutuhan tersebut, baik kebu-tuhan
fisiologis (physiologis needs), kemanan (safety needs), sosial (social needs),
harga diri (esteem needs) ataupun aktualisasi diri (self actualization needs)
akan memberikan kepuasan bila terpenuhi sesuai tingkatannya.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seorang pemimpin hendaknya dapat menggunakan teknik kepemimpinan yang sesuai. Salah satu teknik kepe-mimpinan yang dipandang efektif untuk memuaskan tujuan tersebut adalah kepemimpinan transfor-masional.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seorang pemimpin hendaknya dapat menggunakan teknik kepemimpinan yang sesuai. Salah satu teknik kepe-mimpinan yang dipandang efektif untuk memuaskan tujuan tersebut adalah kepemimpinan transfor-masional.
B. Persamaan etika dan etiket
persamaan
yang mendasar antara etika dan etiket, persamaan itu adalah:
a). Etika dan etiket sama-sama
menyangkut perilaku manusia.
b). Etika dan etiket mengatur
perilaku manusia secara normative, yang artinya memberi norma bagi perilaku
manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan. Justru karena sifat normatif ini kedua istilah memang sering
gampang dicampur adukkan.
C. Perbedaan
etika dan etiket
Dalam pembicaraan sehari-hari sering
tidak bisa dibedakan antara etika dan etiket. Dengan kata lain sering kedua
istilah ini dicampuradukkan. Keduanya sebenarnya memiliki perbedaan yang
hakiki, perbedaan tersebut adalah:
a). Etiket berkaitan dengan
cara suatu perbutan yang harus dilakukan. Misalnya jika anak menerima sesuatu
dari orang lain, ia hartus menggunakan tangan kanan. Dia akan dianggap
melanggar etiket kalau ia menggunakan tangan kiri untuk menerima sesuatu.
Dengan kata lain, etiket adalah tata krama atau sopan santun. Di dalamnya
terkandung kumpulan cara-cara sikap bergaul yang baik diantara orang-orang yang
telah beradab. Jadi etiket lebih membahas “apa yang sopan dan pantas”. Etika
tidak terbatas pada cara yang dilakukan dalam suatu perbuatan. Etika justru
memberi norma tentang suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Dengankata
lain, etika justru lebih mendalam daripada etiket. Jadi etika justru menyangkut
perbuatan itu sendiri, sementara etiket berkaitan dengan cara suatu perbuatan
dilakukan.
b). Etiket hanya berlaku dalam
interaksi ataupun relasi dengan sesama. Dengan kata lain bila tidak ada orang
lain yang hadir dan melihat sebagai saksi mata dalam melakukan perbuatan, maka
etiket sebenarnya tidak berlaku. Etika tidak bergantung akan hadirnya saksi,
karena etika sendiri merupakan nilai yang menjadi norma dan mendasari suatu
tindakan.
c). Etiket bersifat relative,
yang artinya bisa berlaku dalam tempat, budaya, situasi tertentu namun tidak
sama dalam tempat, budaya dan situasi yang lain. Etika jauh bersifat mutlak,
kerana berlaku disetiap tempat, kebudayaan dan situasi serta tidak bisa
ditawar-tawar atau diberi dispensasi.
d). Etiket memandang manusia
hanya dari segi lahiriah saja, sedangkan etika justru menyangkut manusia dari
segi mendalam. Orang bisa saja mengikuti tata cara secara penuh dan diperlihatkan
dalam tindakan, akan tetapi batinnya justru bobrok dan penuh dengan kebusukan,
banyak orang yang nampaknya baik akan tetapi justru melalui kebaikan yang ia
tunjukkan dia justru mempunyai rencana yang jahat.
D. JENIS – JENIS ETIKA
Beberapa pandangan terhadap etika:
Etika dapat ditinjau dari beberapa
pandangan. Dalam Sejarah lazimnya pandangan ini dilihat dari segi filosofis
yang melahirkan etika filosofis, ditinjau dari segi teologis yang
melahirkan etika teologis, dan ditinjau dari pandangan sosiologis yang
melahirkan etika sosiologis.
a). Etika filosofis
Etika filosofis adalah etika yang
dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis sendiri berasal dari kata “philosophis” yang
asalnya dari bahasa Yunani yakni: “philos” yang berarti
cinta, dan “sophia” yang berarti kebenaran atau
kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang menguraikan pokok-pokok etika
atau moral menurut pandangan filsafat. Dalam filsafat yang diuraikan terbatas
pada baik-buruk, masalah hak-kewajiban, maslah nilai-nilai moral secara
mendasar. Disini ditinjau hubungan antara moral dan kemanusiaan secraa mendalam
dengan menggunakan rasio sebagai dasar untuk menganalisa.
b). Etika teologis
Etika teologis adalah etika yang
mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika
ini memandang semua perbuatan moral sebagai:
1.
Perbuatan-perbuatan
yang mewujudkan kehendak Tuhan ataub sesuai dengan kehendak Tuhan.
2.
Perbuatan-perbuatan
sbegai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan
3.
Perbuatan-perbuatan
sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.
Orang beragama mempunyai keyakinan
bahwa tidak mungkin moral itu dibangun tanpa agama atau tanpa menjalankan
ajaran-ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber pengetahuan dan
kebenaran etika ini adalah kitab suci.
c). Etika sosiologis
Etika sosiologis berbeda dengan dua
etika sebelumnya. Etika ini menitik beratkan pada keselamatan ataupun
kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika sosiologis memandang etika sebagai
alat mencapai keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan hidup bermasyarakat.
Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan pembicaraan tentang
bagaimana seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam hubungannya dengan
masyarakat.
d). Etika Diskriptif dan Etika
Normatif
Dalam kaitan dengan nilai dan norma
yang digumuli dalam etika ditemukan dua macam etika, yaitu :
1. Etika Diskriptif
Etika ini berusaha meneropong secara
kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh
manusia dalam kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai. Etika ini berbicara
tentang kenyataan sebagaimana adanya tentang nilai dan pola perilaku manusia
sebagai suatu fakjta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit. Dengan
demikian etika ini berbicara tentang realitas penghayatan nilau, namun tidak
menilai. Etika ini hanya memaparkab, karenyanya dikatakan bersifat diskriptif.
2. Etika Normatif
Etika ini berusaha untuk menetapkan
sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam
bertindak. Jadi etika ini berbicara tentang norma-norma yang menuntun perilaku
manusia serta memberi penilaian dan hiambauan kepada manusia untuk bertindak
sebagaimana seharusnya Dengan. Demikian etika normatif memberikan petunjuk
secara jelas bagaimana manusia harus hidup secara baik dan menghindari diri
dari yang jelek.
Dalam pergaulan sehari-hari kita
menemukan berbagai etika normative yang menjadi pedoman bagi manusia untuk
bertindak. Norma-norma tersebut sekaligus menjadi dasar penilaian bagi manusia
baik atau buruk, salah atau benar. Secara umum norma-norma tersebut
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a). Norma khusus
Norma khusus adalah norma yang
mengatur tingkah laku dan tindakan manusia dalam kelompok/bidang tertentu.
Seperti etika medis, etika kedokteran, etika lingkungan, eyika wahyu, aturan
main catur, aturan main bola, dll. Di mana aturan tersebut hanya berlaku untuk
bidang khusus dan tidak bisa mengatur semua bidang. Misal: aturan main catur
hanya bisa dipakai untuk permainan catur dan tidak bisa dipakai untuk mengatur
permainan bola.
b). Norma Umum
Norma umum justru sebaliknya karena
norma umum bersifat universal, yang artinya berlaku luas tanpa membedakan
kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma umum dibagi
menjadi tiga (3) bagian, yaitu :
1.
Norma
sopan santun; norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan sikap lahiriah
seperti tata cara berpakaian, cara bertamu, cara duduk, dll. Norma ini lebih
berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari, amak
penilaiannnya kurang mendalam karena hanya dilihat sekedar yang lahiriah.
2.
Norma hukum;
norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan ketegasan tuntutan ini
karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai macam peraturan,
masyarakat mengharapkan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bersama.
Keberlakuan norma hukum dibandingkan dengan norma sopan santun lebih tegasdan
lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap orang yang
melanggar norma ini. Norma hukum ini juga kurang berbobot karena hanya memberikan
penilaian secara lahiriah saja, sehingga tidak mutlak menentukan moralitas
seseorang.
3.
Norma
moral;norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Norma
moral menjadi tolok ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau buruk,
oleh karena ini bobot norma moral lebih tinggi dari norma sebelumnya. Norma ini
tidak menilai manusia dari satus segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai
manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari
seluruh kepribadiannya. Di sini terlihat secara jelas, penilannya lebih
mendasar karena menekankan sikap manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai
kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya sebgai manusia dalam profesi yang
diembannya. Norma moral ini memiliki kekhusunan yaitu :
1. Norma moral merupakan norma
yang paling dasariah, karena langsung mengenai inti pribadi kita sebagai
manusia.
2. Norma moral menegaskan
kewajiban dasariah manusia dalam bentuk perintah atau larangan.
3. Norma moral merupakan norma
yang berlaku umum
4. Norma moral mengarahkan
perilaku manusia pada kesuburan dan kepenuhan hidupnya sebgai manusia.
d). Etika Deontologis
Istilah deontologis berasal dari
kata Yunani yang berati kewajiban, etika ini menetapkan kewajiban manusia untuk
bertindak secara baik. Argumentasi dasar yang dipakai adalah bahwa suatu
tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan
baik dari suatu tindakan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri baik pada
dirinya sendiri.
Dari argumen di atas jelas bahwa
etika ini menekankan motivasi, kemauan baik, dan watak yang kuat dari pelaku,
lepas dari akibat yang ditimbulkan dari pelaku. Menanggapi hal ini Immanuel
kant menegaskan dua hal:
1.
Tidak ada
hal di dinia yang bisa dianggap baik tanpa kualifikasi kecuali kemauan baik.
Kepintaran, kearifan dan bakat lainnya bisa merugikn kalau tanpa didasari oleh
kemauan baik. Oleh karena itu Kant mengakui bahwa kemauan ini merupakan syarat
mutlak untuk memperoleh kebahagiaan.
2.
Dengan
menekankan kemauan yang baik tindakan yang baik adalah tindakan yang tidak saja
sesuai dengan kewajiban, melainkan tindakan yang dijalankannya demi kewajiban.
Sejalan dengan itu semua tindakan yang bertentangan dengan kewajiban sebagai
tindakan yang baik bahkan walaupun tindakan itu dalam arti tertentu berguna,
harus ditolak.
Namun, selain ada dua hal yang
menegaskan etika tersebut, namun kita juga tidak bisa menutup mata pada dua
keberatan yang ada yaitu:
Bagaimana bila seseorang dihadapkan
pada dua perintah atau kewajiban moral dalam situasi yang sama, akan tetapi
keduanya tidak bisa dilaksankan sekaligus, bahkan keduanya saling meniadakan.
Sesungguhnya etika seontologist
tidak bisa mengelakkan pentingnya akibat dari suatu tindakan untuk menentukan
apakah tindakan itu baik atau buruk.
c) Etika Teleologis
Teleologis berasal dari bahasa
Yunani, yakni “telos” yang berati tujuan. Etika teleologis
menjadikan tujuan menjadi ukuran untuk baik buruknya suatu tindakan. Dengan
kata lain, suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan untuk mencapai sesuatu
yang baik atau kalau akibat yang ditimbulkan baik.
E. Etika Sebagai Cabang Filsafat
Etika merupakan cabang filsafat yang mengenakan refleksi serta metode pada tugas manusia dalam upaya menggali nilai-nilai moral atau -menerjemahkan berbagai nilai itu ke dalam norma-norma dan menerapkannya pada situasi kehidupan konkret.
Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat, ia mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia.
Sebagai ilmu dan filsafat, etika menghendaki ukuran yang umum, tidak berlaku untuk sebagian dari manusia, tetapi untuk semua manusia.
Etika merupakan cabang filsafat yang mengenakan refleksi serta metode pada tugas manusia dalam upaya menggali nilai-nilai moral atau -menerjemahkan berbagai nilai itu ke dalam norma-norma dan menerapkannya pada situasi kehidupan konkret.
Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat, ia mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia.
Sebagai ilmu dan filsafat, etika menghendaki ukuran yang umum, tidak berlaku untuk sebagian dari manusia, tetapi untuk semua manusia.
F. GUNA ETIKA
1. Etika membuat kita memiliki
pendirian dalam pergolakan berbagai pandangan moral yang kita hadapi.
2. Etika membantu agar kita
tidak kehilangan orientasi dalam transformasi budaya, sosial, ekonomi, politik
dan intelektual dewasa ini melanda dunia kita.
3. Etika juga membantu kita
sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang merebak di dalam masyarakat secara
kritis dan obeyktif.
G.Pentingnya etika dalam kehidupan
sehari-hari
Sebagai suatu subyek,
etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok
untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau
benar, buruk atau baik.
Dalam kehidupan
sehari-hari etika sangatlah penting peranannya, karena dengan adanya etika maka
dapat mengatur bagaimana manusia dapat bergaul atau bersosialisasi dengan
sesamanya. Yang mendasari tumbuh kembangnya etika dalam kehidupan kita adalah
agar perbuatan yang tengah kita jalankan sesuai dengan adat atau kebiasaan yang
berlaku dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Etika sangat
mempengaruhi kehidupan manusia, karena dengan adanya etika membuat manusia
berorientasi bagaimana ia menjalankan kehidupannya dalam tindakannya
sehari-hari dan bisa membedakan perbuatannya benar atau salah.
Tapi dalam kenyataanya
etika perlahan-lahan mulai hilang seiring perkembangan jaman, coba kita lihat
peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita banyak sekali persoalan yang
melanggar etika, hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran manusia akan
pentingnya etika. Hal inilah yang menyebabkan terjadi berbagai peristiwa yang
melanggar moral.
Karena itu etika
sangatlah penting kita terapkan dalam kehidupan kita agar kita bisa membedakan
mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk selain itu memberi batasan dalam
pergaulan kita dengan sesama agar bisa tercapai kehidupan yang aman
dan tentram.Selain itu dapat menciptakan suasana hidup yang aman dan tentram.
H.PERANAN ETIKA DALAM
DUNIA MODERN
Etika sebagai pemikiran sistematis tentang
moralitas tidak berpretensi untuk secara langsung dapat membuat manusia menjadi
lebih baik. Dalam artinya sebagai ilmu, etika sebenarnya tidak perlu dimiliki
oleh setiap orang,walaupun setiap orang membutuhkan moralitas. Yang dihasilkan
secara lanngsung dari etika bukanlah kebaikan, melainkan suatu pemhaman yang
lebih mendasar dan kritis tentang yang dianggap baik dan buruk secara moral.
Untuk apa bagi kita pemahaman seperti itu? Jawaban atas pertanyaan ini dapat
dikembangkan berdasarkan beberapa pemikiran berkaitan dengan tantangan zaman
modern, di mana manusia dapat di gambarkan sebagai yang sedang mencari
orientasi. Ada beberapa alasan penting mengapa etika pada Zaman kita semakin
perlu
1.Adanya pluralisme moral
Adalah suatu kenyataan sekarang ini bahwa
kita hidup dalam zaman yang semakin pluralistic, tidak terkecuali dalam hal
moralitas.Setiaphari kita bertemu dengan orang-orang dari suku, daerah, alpisan
social dan agama yang berbeda.Pertemuan ini semakin diperbanyak dandiperluas
oleh kemajuan yang telah dicapai dalam dunia teknologi informasi, yang telah
mengalami perkembangan sangat pesat. Dalam pertemuan langsung dan tak langsung
dengan berbagai lapisan dankelompok masyarakat kita menyaksikan atau berhdapan
dengan berbagai pandangan dan sikap yang, selain memiliki banyak
kesamaan,memiliki juga banyak perbedaan bahkan pertentangan. Masing-masing
pandangan mengklaim diri sebagai pandangan yang paling benar dansah.Kita m
engalami sepertinya kesatuan tatanan normative sudah tidakada lagi. Berhadapan
dengan situasi semacam ini, kita akhirnyabertanya, tapi yang kita tanyakan
bukan hanya apa yang merupakan kewajibankita dan apa yang tidak, melainkan
manakah norma-norma untuk menentukan apa yang harus dianggap sebagai kewajiban.
Dengan demikian norma-norma sendiri dipersoalkan.
2.Timbulnya masalah-masalah etis baru
Ciri lain yang menandai zaman kita adalah
timbulnya masalah-masalah etis baru, terutama yang di sebabkan perkembangan
pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu-ilmu biomedis.
Telahterjadi manipulasi genetis, yakni campur tangan manusia atas perkembang
biakan gen-gen manusia.Ada reproduksi artifisal seperti fertilisasi in vitro,
entah dengan donor atau tanpa donor, entah denganibuyang “menyewakan” rahimnya
atau tidak. Bias terjadi juga adanya eksperimen dengan jaringan embrio untuk
menyembuhkan penyakit tertentu, entah jaringan itu diperoleh melalui abortus
yang disengaja atau abortus spontan. masalah kloning dan penciptaan
manusia-manusiasuper serta tindakan manipulasi genetic lainnya sangatlah
mengandung masalah-masalah etis yang serius dalam kehidupan manusia.Bagaimana sikap
kita mengahadapi perkembangan seperti ini? Disinilah kajian dan pertanggung
jawaban etika diperlukan.
3.Munculnya kepedulian etis yang semakin
universal.
Ciri berikutnya yang menandai zaman kita
adalah adanya suatu kepedulian etis yang semakin universal.Di berbagai tempat
atau wilayah di dunia kita menyaksikan gerakan perjuangan moral untuk
masalah-masalah bersaama umat manusia. Selain gerakan-gerakan perjuangan moral
yang terorganisir seperti dalam bentuk kerjasama antar Lembaga-lembaga Swadaya
Masyarakat, antar Dewan Perwakilan Rakyat dari beberapa negara atau
Serikat-serikat Buruh, dan sebagainya, juga kita dapat menyaksikan adanya suatu
kesadaran moral universal yang tidak terorganisir tapi terasa hidup dan
berkembang di
aman-mana. Ungkapan-ungkapan kepedulian
etis yang semakin berkembang ini tidaklah mungkin terjadi tanpa di
latarbelakangi oleh kesadaran moral yang universal. Gejala paling mencolok
tentang kepedulian etis adalah Deklarasi Universal tentang Hak-hak
AzasiManusia, yang diproklamirkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)pada 10
Desember 1984. Proklamasi ini pernah diseebut sebagaikejadian etis paling
penting dalam abad ke-20, dan merupakanpernyataan pertama yang diterima secara
global karena diakui olehsemua anggota PBB. Selain dari apa yang sudah di
deklarasikantersebut, ada banya kjuga kepedulian etis yang bersifat universal,
diantaranya terutama masalah-masalah etis yang berkaitan dengan perkembangan
ilmu dan teknologi, masalah lingkungan hidup dan sebagainya. Dengan kepedulian
etis yang universal ini, makapluralisme moral pada bagian pertama di atas dapat
menjadi persoalan tersendiri.Universal berhadapan dengan pluralitas.
4.Hantaman gelombang modernisasi.
Kita sekarang ini hidup dalam masa
transformasi masyarakat yangtanpa tanding.Perubahan yang terus terjadi itu
muncul di bawah hantaman kekuatan yang mengenai semua segi kehidupan kita,
yaitu gelombang modernisasi.
Yang dimaksud modernisasi di sini bukan
hanya menyangkut barang atau peralatan yang di produksi semakin canggih,
melainkan juga dalam hal cara berpikir yang telah berubah secara radikal. Ada
banyak caraberpikir yang berkembang, seperti rasionalisme,
individualisme,nasionalisme, sekularisme, materialisme, konsumerisme,
pluralismereligius serta cara berpikir dan pendidikan modern yang telah banyak
mengubah lingkungan budaya, sosial dan rohani masyarakat kita.
5. tawaran berbagi ideologi
Proses perubahan sosial budaya dan moral
yang terus terjadi, tidakjarang telah membawa kebingungan bagi banyak orang
atau kelompokorang. Banyak orang merasa kehilangan pegangan, dan tidak tahu
harusberbuat atau memilih apa. Situasi seperti ini tidak jarang
dimanfaatkanoleh berbagai pihak untuk menawarkan ideologi-ideologi mereka
sebagai jawaban atas kebingungan tadi.Ada cukup banyak orang yang terombang
ambing mengikuti tawaran yang masing-masing memilikidaya tariknya sendiri
itu.Disini etika dapat membantu orang untuk sanggup menghadapi secara kritis
dan objektif berbagai ideologi yang muncul.Pemikiran kritis dapat membantu
untuk membuat penilaian yang rasional dan objektif, dan tidak mudah terpancing
oleh berbagai alasan yang tidak mendasar.
Sikap kritis yang dimaksud di sini bukan
suatu sikap yang begitu sajamenolak ide-ide baru atau juga begitu saja
menerimanya, melainkan melakukan penilaian kritis untuk memahami sejauh mana
ide-ide baruitu dapat diterima dan sejauh mana harus dengan tegas ditolak.
6. Tantangan bagi agamawan
Etika juga diperlukan oleh para agamawan
untuk tidak menutup diriterhadap persoalan-persoalan praktis kehidupan umat
manusia.Di satupihak agama menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman
kepercayaan mereka, namun sekaligus diharapkan juga mau berpartisipasi tanpa
takut-takut dan menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang
sedang mengalami perubahan hampir disegala bidang.Walau etika tidak adapat
menggantikan agama, namunetika tidaklah bertentangan dengan agama, dan bahwa
agama memerlukan etika. Alasan yang bisa dikemukakan bagi pentingnya etika
untuk agama adalah, pertama: masalah interpretasi terhadap
perintah atau hukum yang termuat dalam
wahyu Tuhan, terutama seperti tertuang dalam kitab suci keagamaan. Banyak ahli
agama,bahkan yang seagama sekalipun, sering berbeda pendapat tentang apayang
sebenarnya mau diungkapkan dalam wahyu itu. Hal kedua adalah: mengenai
masalah-masalah moral yang baruu, yang tidak langsungdibahas dalam wahyu itu
sendiri. Bagaimana menanggapi dari segiagama masalah-masalah moral yang pada
waktu wahyu diterima belum dipikirkan.Untuk mengambil sikap yang dapat
dipertanggung jawabkan terhadap masalah-masalah yang timbul kemudian,
diperlukan etika. Disini etika dapat dimengerti sebagai usaha manusia untuk
memakai akalbudi dan daya pikirnya yang rasional untuk memecahkan masalah
bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik. Usaha seperti initidak
bertentangan dengan iman, karena akal budi juga merupakan anugerah besar dari
Sang Pencipta kepada manusia.
Dari semua yang dikemukakan diatas, dapat
dikatakan bahwa di masa pra-modern, tradisi menduduki tempat utama, menjadi
satu-satunya acuan,tetapi tidak demikian halnya sekarang. Kini “tradisi”
dipertanyakan,diragukan, danmungkin juga dibuang. Meski demikian, tradisi
tidaklah hilang. Zaman sekarang dapat disebut post-traditional society, di
manaorang masih membangun naratif-naratif, dan kehidupaan mereka tidak
mengalami fragmentasi sebagaimana dibayangkan oleh orang-orang pengagum
post-modernisme
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Etika
adalah ilmu tentang baik dan buruk serta tentang kewajiban dan hak. Etika dapat
diartikan sebagai kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak. Etika
adalah nilai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika
terdiri dari etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif
menggam-barkan tingkah laku manusia apa adanya, sedangkan etika normatif
menilai tingkah laku tersebut. Etika secara sistematis dibedakan atas etika
umum dan etika khusus. Etika umum melahirkan teori, sedangkan etika khusus
melahirkan etika individual dan etika sosial. Etika umum ”lebih” bersifat
deskriptif, sedangkan etika khusus ”lebih” bersifat normatif. Sifat deskriptif
etika umum terlihat dari paparan filosof tertentu pada ajaran, doktrin atau teorinya.
Sifat normatif etika khusus terlihat, misal-nya pada etika profesi.
Pemahaman seseorang mengenai etika
sering-kali kurang tepat. Ada yang mengartikan etika seba-gai tentang apa yang
yang baik dan apa yang buruk, tapi banyak pula yang mengartikan etika sebagai
nilai mengenai benar dan salah. Ada pula yang mengartikan etika sebagai
kumpulan nilai-nilai yang berkenaan dengan ahlak. Pemahaman yang demikian
disebabkan oleh karakteristik etika yang bersifat deskriptif dan nor-matif,
sehingga dinamakan sebagai etika des-kriptif dan etika normatif. Etika
deskriptif membe-rikan gambaran mengenai suatu norma tanpa mem-berikan
penilaian, sedangkan etika normatif mem-berikan penilaian terhadap norma yang
berlaku, tidak sekedar menggambarkan norma-norma tersebut.
2. Kebaikan
merupakan hal yang dapat dicapai oleh manusia dengan melaksanakan kemauannya
dan berupaya dengan hal yang berkaitan dengan tujuan diciptakannya manusia.
Sedangkan keburukan merupakan penghambat manusia mencapai kebaikan, di mana
hambatan ini berupa kemauan dan upayanya, atau berupa kemalasan dan keengganan
mencari kebaikan.
B. SARAN
Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalaha ndan
kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi perbaikan makalah dimasa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
K.
Bertens. (2007).Etika.Jakarta:Gramedia Pustaka Umum
Sibage.
(2013). Makalah Tentang Etika. Diakses 10 MEl 2016, dari
Aprillia
Anidar. (2014). Konsep Dasar Etika Umum. Diakses 10
MEI 2016, dari
umum.html
One
Science. (2013). Konsep Dasar Etika Umum. Diakses 10 MEI
2016, dari
umum.html
Erna
Mariana. (2013). Makalah Etika. Diakses 10 MEI 2016, dari
Aprillin.
(2009). Amoral Imoral. Diakses 10 MEI
2016, dari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar