MAKALAH KIMIA
KLINIK 1
URINALISIS
OLEH
Nama :FESSY NOVITA SARI
Nim :14010010
Dosen : Yurman,SKM,M.Si
AKADEMI ANALIS KESEHATAN
HARAPAN
BANGSA
D3 ANALIS
KESEHATAN 2014-2015
i
KATA
PENGANTAR
Dengan rahmat dan segala puji syukur
kami haturkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan hidayahnya kepada kami,
sehingga dapat menyelesaikan tugas ini guna untuk memenuhi tugas kuliah ini.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami berterima kasih kepada dosen mata kuliah. Yang
memberikan tugas supaya kami dapat
memahami dan mengerti lagi atas mata kuliah ini.
Menyadari dan jauh dari sempurna
makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan
dikemudian hari sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan yang
diharapkan.
Bengkulu, September 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN AWAL...................................................................
i
KATA
PENGANTAR
.....................................................................................
ii
DAFTAR ISI
...................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar
Belakang..............................................................................................
1
B. Tujuan ..........................................................................................................
2
C. Rumusan
Masalah........................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................3
1.1.
Urinalisis.....................................................................................................3
1.2.Specimen.....................................................................................................4
1.3 Pemeriksaan Makroskopik, Kimia urin,Dan Mikroskopik.........................6
a. Pemeriksaan Makroskopik................................................................6
b. Pemeriksaan Kimia urin....................................................................9
c.Pemeriksaan Mikroskopik.................................................................15
BAB III
PENUTUP ........................................................................................31
A.
Kesimpulan ................................................................................................31
B. Saran
..........................................................................................................31
DAFTAR
PUSTAKA ....................................................................................32
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi
urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan
tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan
terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi
organik.
Cairan dan
materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung
urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi
racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin
dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi
sumber nitrogen yang baik
untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah
suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita
diabetes akan mengandung gula yang tidak
akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Fungsi utama
urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam
tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini
berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika
urin berasal dari ginjal dan saluran
kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau
yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga
bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang sterilUrin dapat menjadi
penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna
kuning pekat atau cokelat.Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan
tradisional India, Ayurveda.
Sistem urin adalah sistem organ yang
memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri
dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter,
dan uretra.Urinalisis
adalah suatu tes yang dilakukan pada urine pasien untuk tujuan diagnosa infeksi
saluran kemih, screening , dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal.
Uranilisis juga merupakan tes untuk memantau perkembangan penyakit ginjal,
diabetes, dan tekanan darah ( hipertensi ) dan screening kesehatan secara umum.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
pemeriksaan mikroskopis dan makroskopis dalam urinalisis?
2. Apa yang
digunakan dalam sampel urinalisis?
C.TUJUAN DAN MANFAAT
1.Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah
1.
Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan mikroskopis dan
makroskopis dalam urinalisis.
2.
Untuk mengetahui specimen urin apa saja yang digunakan
untuk sampel urinalisis.
2.Manfaat
dari pembuatan makalah ini adalah supaya kita dapat memahami lebih dalam
pemeriksaan urinalisis.
BAB 2
PEMBAHASAN
1.1 URINALISIS
Urinalisis
adalah suatu tes yang dilakukan pada urine pasien untuk tujuan diagnosa infeksi
saluran kemih, screening , dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal.
Uranilisis juga merupakan tes untuk memantau perkembangan penyakit ginjal,
diabetes, dan tekanan darah ( hipertensi ) dan screening kesehatan secara umum.
Urinalisis merupakan pemeriksaan uji
saring yang sering diminta oleh dokter untuk mengetahui gangguan ginjal dan
saluran kemih atau gangguan metabolisme tubuh (Strasinger & Schaub, 2001).
Urinalisis adalah
analisis kimia, makroskopis
dan mikroskopis terhadap urin. Uji
urin rutin dilakukan
pertama kali pada
tahun 1821. Urinalisis
berguna untuk mendiagnosis penyakit
ginjal atau infeksi
traktus urinarius dan
untuk mendeteksi adanya penyakit
metabolik yang tidak
berhubungan dengan ginjal. Berbagai uji
urinalisis rutin dilakukan
di tempat praktik
pemberi layanan kesehatan dan
juga rumah sakit atau laboratorium swasta. ( Kee, Joyce Le Fever, 2007 )
Urin yang
normal jumlah rata – rata
1 – 2
liter sehari tetapi
perbedaan jumlah urin sesuai
cairan yang dimasukkan,
jika banyak mengkonsumsi
protein maka akan diperlukan
banyak cairan untuk
melarutkan ureanya, sehingga
urin yang dikeluarkan jumlahnya sedikit dan menjadi pekat. ( Evelin C.
Pearce 2002). Beberapa penyelidikan menunjukkan
bahwa 20 %
dari wanita –
wanita dewasa hingga usia
lanjut, setiap tahun
mengalami disuria (
nyeri waktu berkemih). Pria jarang terkena infeksi
simtomatis sampai sesudah umur
45 tahun, kecuali jika terdapat kelainan
urologis. ( Basuki B Purnomo, 2007 )
Urine harus diperiksa
secara langsung karena PH urine yang masih baru adalah asam, soludnya masih
bagus. Sedimen masih bagus, pemeriksaan makroskopisnya juga masih bagus. Jika
ditunda akan terjadi adanya bakteri, memecah ureum menjadi ammonia PH menjadi
basa, kemudian melisiskan sedimen, dan mengubah morfologi-morfologinya.
Urialisis
dapat meberikan informasi klinik yang penting. Urinalisis merupakan
pemeriksaan rutin pad sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan urin
mencakup evaluasi hal-hal berikut:
1. Observasi
warna dan kejernihan urin.
2. Pengkajian
bau urin
3. Pengukuran
keasaman dan berat jenis urin
4.Tes untuk
memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan badan keton dalam urin
(masing-
masing untuk proteinuria, glukosuria, da ketonoria)
5.Pemeriksaan
mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan pemusingan (centrifuging) untuk
mendeteksi sel darah erah (hematuria), sel darah putih, slinder (silindruria),
Kristal (kristaluria), pus (piuria) dan bakteri (bakteriuria).
Cara
Pengumpulan Sampel Urin adalah Pengumpulan sampel urin dilakukan sewaktu bangun
tidur pagi, karena specimen ini lebih pekat dan lebih besar kemungkinannya
untuk mengungkapkan abnormalitas. Spesimen tersebut dikumpulkan dalam wadah
yang bersih dan dilindungi terhadap kontaminasi bakteri serta perubahan
kimiawai. Semua specimen harus diseimpan dalam lemari pendingin. Karena jika
dibiarkan dalam suhu kamar urin akan menjadi alkalis akibat kontaminasi bakteri
pemecah ureum dari lingkungan sekitarnya.
Urinalisis
adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis
infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
1.2 SPECIMEN
Urinalisis
yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina,
perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi
mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk
ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya. Oleh karena itu
pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama urine sebelum
mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum
berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum
menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh
spesimen yang tidak tercemar. Meskipun urine yang diambil secara acak (random)
atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari
adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa
asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami
pemekatan. Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari
sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin
yang mengandung antiseptik. Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah
buang air kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari
karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan
selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen.
Dampak dari
penundaan pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai
mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat
mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin
dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri
berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan
pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap.
Terdapat
lima jenis sampel urine sesuai dengan tujuan pemeriksaanyan yaitu :
1. Urine
sewaktu
Urine
sewaktu adalah sampel urine yang diambil sewaktu saat pasien akan melakuakn pemeriksaan, urine sewaktu digunakan untuk
pemeriksaan urine rutin.
2. Urine pagi
Urine pagi
adalah sampel urine yang diambil saat pagi hari ketika pasien bangun tidur dan
belum mengonsumsi apapun. Urine pagi digunakan untuk pemeriksaan sedimen, berat
jenis, dan kehamilan
3. Urine
osprundial
Urine
osprundial adalah sampel urine yang diambil antara 1 – 1.5 jam setelah makan.
Urine osprundial digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
4. Urine 24 jam
Urine 24 jam
adalah sampel urine yang ditampung selama 24 jam. Urine 24 jam ini digunakan
untuk analisa kuantitatif
5. Urine tiga
gelas dan urine dua gelas
Urine tiga
gelas dan urine dua gelas sudah mulai jarang dilakukan. Sampel urine ini
digunakan untuk mengetahui adanya radang
1.3 Pemeriksaan Makroskopik, Kimia urin,Dan Mikroskopik.
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang
dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah
pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton,
bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
a.
Pemeriksaan Makroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan
makroskopik : warna dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak
jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom
dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer
hampir tidak berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang.
Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam
urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan
oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.
1.
Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin
seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu
badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik
volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila
didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu
disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan
cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika.
Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti
diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari
edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan
oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman
edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama
24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan
ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih
banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik
disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
2.
Warna urin
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat
mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin
(hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh.
Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat
mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria). Urin yang
baru di kemihkan berwarna jernih.
Beberapa
keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
1. Merah
:
Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.
Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab
(kelembak), senna.
2. Oranye
:
Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi
saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
3. Kuning
: Penyebab
patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab nonpatologik
: wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
4. Hijau
:
Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab
nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
5. Biru
:
tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
6. Coklat
:
Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat :
levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
7. Hitam atau hitam kecoklatan
:
Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen,
methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
8. Seperti susu : Penyebab patologik :
fosfat dan urat jumlah besar, getah prostat protein yang membeku.
3.
Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu
diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh
asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh
makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau
buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum
oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet.
Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein
dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
4.
Kejernihan
Kejernihan urine dinyatakan dengan jernih, agak keruh,
keruh, atau sangat keruh. Kekeruhan pada urine disebut sebagai nubecula yang
terdiri dari lender, sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap.
Kekeruhan didalam urine dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf
yang mengendap dan dari bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh
pada waktu dikeluarkan dapat desebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen sel
epitel, leukosit, dan eritrosit dalam jumlah banyak.
5.
Berat jenis
urin
Pemeriksaan berat jenis urin dapat dilakukan dengan
cara piknometer, carik celup, dan urinometer. Yang lebih umum di gunakan adalah
dengan carik celup, namun pemeriksaan berat jenis urin dengan piknometer lebih
teliti. Tingginya berat jenis itu memberi kesan tentang pekatnya urin,
jadi bertalian dengan faal pemekat ginjal. BJ urin 24 jam pada orang
normal sekitar 1,016 – 1,022. Sedangkan BJ urin sewaktu pada orang
normal 1,003 – 1,030. Bila BJ urin sewaktu 1,025 atau lebih sedangkan
reduksi urin dan protein negatif, hal ini menunjukan faal pemekatan
ginjal baik. Dan bila BJ urin lebih dari 1,030 kemungkinan glukosuria. Urin
yang jumlahnya sedikit dapat diencerkan dengan aquadest, sedangkan urin yang
sangat sedikit Bjnya dapat ditentukan dengan alat refraktometer.
6.
Buih urine
Buih normal urine adalah berwarna putih. Jika saat
melakukan ekskresi buihnya berwarna putih dan banyak maka mengandung protein.
Apabila buihnya kuning berarti mengandung obat.
b.Pemeriksaan
kimia urin
Dipstick
adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas seluloid
yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan
diperiksa. Urine Dip merupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa berbagai
penyakit.
Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah : glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase.
Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah : glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase.
Ambil hanya
sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera tutup wadah. Celupkan
strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik. Hilangkan kelebihan
urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen atau dengan meletakkan
strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna diinterpretasikan dengan
membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada
botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil
pembacaan mungkin tidak akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat,
atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis
lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan warna.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan warna.
Kurang dari
0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang
dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena
nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.
Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi
tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu
glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes
mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
BILIRUBIN
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.
Urobilinogen
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
BILIRUBIN
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.
Urobilinogen
Empedu yang
sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum,
tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian
besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui
aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan kira-kira
sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Keasaman (pH)
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine.
Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine.
Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
1) pH basa :
setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus
atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi,
asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
2) pH asam :
ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik
(kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic
memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.
Berat Jenis(SpecificGravity,SG)
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa.
Darah (Blood)
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urine.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1) Hasil
positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang mengandung
hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang mengandung
peroksidase.
2)
Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine
mengandung vitamin C dosis tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi
tinggi, protein konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.Urine dari
wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif.
Badan keton
(aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi untuk
menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat
dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber
energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila
kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan diekskresi
ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah
melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine
terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris.
Nitrit
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris.
Nitrit
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1)
Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in
vitro apabila pemeriksaan tertunda, urine merah oleh sebab apapun, pengaruh
obat (fenazopiridin).
2)
Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian
menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah
metabolisme bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar
asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam, atau
berat jenis urine tinggi.
Lekosit esterase
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik celup.
Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine tinggi (>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
b.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin
yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan
pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai
ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet
formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil
(10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu
dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau
LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu
jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan
leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup
dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali).
Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua
golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari
sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder,
potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak
berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.
Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel
dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat
ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus) maupun yang
bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal.
Metode pemeriksaan mikroskopik sedimen urine lebih dianjurkan untuk dikerjakan dengan pengecatan Stenheimer-Malbin. Dengan pewarnaan ini, unsur-unsur mikroskopik yang sukar terlihat pada sediaan natif dapat terlihat jelas.
PROSEDUR
Sampel urin dihomogenkan dulu kemudian dipindahkan ke dalam tabung pemusing sebanyak 10 ml. Selanjutnya dipusingkan dengan kecepatan relatif rendah (sekitar 1500 - 2000 rpm) selama 5 menit. Tabung dibalik dengan cepat (decanting) untuk membuang supernatant sehingga tersisa endapan kira-kira 0,2-0,5 ml. Endapan diteteskan ke gelas obyek dan ditutup dengan coverglass. Jika hendak dicat dengan dengan pewarna Stenheimer-Malbin, tetesi endapan dengan 1-2 tetes cat tersebut, kemudian dikocok dan dituang ke obyek glass dan ditutup dengan coverglass, siap untuk diperiksa.
Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang lemah (LPL) atau low power field (LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang pandang kuat (LPK) atau high power field (HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit, epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat dilakukan.
Karena jumlah elemen yang ditemukan dalam setiap bidang dapat berbeda dari satu bidang ke bidang lainnya, beberapa bidang dirata-rata. Berbagai jenis sel yang biasanya digambarkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah silinder biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang pandang lemah.
Cara melaporkan hasil adalah sebagai berikut :
Dilaporkan
|
Normal
|
+
|
++
|
+++
|
++++
|
Eritrosit/LPK
|
0-3
|
4-8
|
8-30
|
lebih dari 30
|
penuh
|
Leukosit/LPK
|
0-4
|
5-20
|
20-50
|
lebih dari 50
|
penuh
|
Silinder/Kristal/LPL
|
0-1
|
1-5
|
5-10
|
10-30
|
lebih dari 30
|
Keterangan: :
Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal.
Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal.
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian
manapun dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan
adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK.
Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena:
kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu
saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi
saluran kemih atas dan bawah,nefrotoksin,dll.
Hematuria dibedakan menjadi hematuria makroskopik (gross hematuria) dan hematuria mikroskopik. Darah yang dapat terlihat jelas secara visual menunjukkan perdarahan berasal dari saluran kemih bagian bawah, sedangkan hematuria mikroskopik lebih bermakna untuk kerusakan glomerulus.
Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5 eritrosit/LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai pada nefropati diabetik, hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria mikroskopik dapat terjadi persisten, berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang ginjal-saluran kemih. Hematuria persisten banyak dijumpai pada perdarahan glomerulus ginjal.
Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil sekali dalam urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi.
Hematuria dibedakan menjadi hematuria makroskopik (gross hematuria) dan hematuria mikroskopik. Darah yang dapat terlihat jelas secara visual menunjukkan perdarahan berasal dari saluran kemih bagian bawah, sedangkan hematuria mikroskopik lebih bermakna untuk kerusakan glomerulus.
Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5 eritrosit/LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai pada nefropati diabetik, hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria mikroskopik dapat terjadi persisten, berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang ginjal-saluran kemih. Hematuria persisten banyak dijumpai pada perdarahan glomerulus ginjal.
Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil sekali dalam urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi.
Eritrosit
dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi dan sering
tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membran sel.
Eritrosit dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui
struktur glomerulus yang abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urin
menunjukkan penyakit glomerular seperti glomerulonefritis.
Leukosit
Leukosit
Lekosit
berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit.
Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN).
Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih.
Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas membran glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi berat jenis urin rendah, leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel Glitter merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan Brown butiran dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung berkelompok.
Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada laki-laki.
Sel Epitel
Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas membran glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi berat jenis urin rendah, leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel Glitter merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan Brown butiran dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung berkelompok.
Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada laki-laki.
Sel Epitel
1) Sel Epitel Tubulus
Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval,
lebih besar dari leukosit, mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula
dan biasanya terbawa ke urin dalam jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik
dan dalam kondisi yang mengarah ke degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa
meningkat. Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau penemuan fragmen sel tubulus
dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus,
seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal, penolakan
transplnatasi ginjal, keracunan salisilat.
Sel epitel tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan
lemak yang berada dalam lumen tubulus (lipoprotein yang menembus glomerulus),
sel-sel seperti ini disebut oval fat bodies / renal tubular fat / renal tubular
fat bodies. Oval fat bodies menunjukkan adanya disfungsi disfungsi
glomerulus dengan kebocoran plasma ke dalam urin dan kematian sel epitel
tubulus. Oval fat bodies dapat dijumpai pada sindrom nefrotik, diabetes
mellitus lanjut, kerusakan sel epitel tubulus yang berat karena keracunan
etilen glikol, air raksa. Selain sel epitel tubulus, oval fat bodies
juga dapat berupa makrofag atau hisiosit.
Sel epitel tubulus yang membesar
dengan multinukleus (multinucleated giant cells) dapat dijumpai pada
infeksi virus. Jenis virus yang dapat menginfeksi saluran kemih adalah
Cytomegalovirus (CMV) atau Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 maupun tipe 2.
·
Sel epitel transisional
Sel epitel ini dari pelvis ginjal,
ureter, kandung kemih (vesica urinaria), atau uretra, lebih besar dari
sel epitel tubulus ginjal, dan agak lebih kecil dari sel epitel skuamosa. Sel
epitel ini berbentuk bulat atau oval, gelendong dan sering mempunyai tonjolan.
Besar kecilnya ukuran sel epitel transisional tergantung dari bagian saluran kemih
yang mana dia berasal. Sel epitel skuamosa adalah sel epitel terbesar yang
terlihat pada spesimen urin normal. Sel epitel ini tipis, datar, dan inti bulat
kecil. Mereka mungkin hadir sebagai sel tunggal atau sebagai kelompok dengan
ukuran bervariasi.
·
Sel skuamosa
Epitel skuamosa umumnya dalam jumlah
yang lebih rendah dan berasal dari permukaan kulit atau dari luar uretra.
Signifikansi utama mereka adalah sebagai indikator kontaminasi.
Silinder
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan silinder. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein, terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah melekat pada matriks protein yang lengket.
Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit, leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel atau bahan lain yang cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan berdasarkan konstituennya. Apabila konstituen selular mengalami disintegrasi menjadi partikel granuler atau debris, biasanya silinder hanya disebut sebagai silinder granular.
1.Silinder hialin
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan silinder. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein, terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah melekat pada matriks protein yang lengket.
Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit, leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel atau bahan lain yang cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan berdasarkan konstituennya. Apabila konstituen selular mengalami disintegrasi menjadi partikel granuler atau debris, biasanya silinder hanya disebut sebagai silinder granular.
1.Silinder hialin
Silinder
hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein
Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen
(tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan
ujung-ujungnya membulat. Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk sebuah
silinder hialin di saluran pengumpul.
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan lengkung Henle's dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids).
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan lengkung Henle's dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids).
Silinder
eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari kerusakan eritrosit.
Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis
untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran
eritrosit atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit
melekat pada matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder
eritrosit.
3. Silinder Leukosit
3. Silinder Leukosit
Silinder
lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam matriks
Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder
tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling
khas untuk pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit
glomerulus (glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan
menyertai silinder lekosit. Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan
bakteri mempunyai arti penting untuk pielonefritis, mengingat pielonefritis
dapat berjalan tanpa keluhan meskipun telah merusak jaringan ginjal secara
progresif.
4. Silinder Granular
4. Silinder Granular
Silinder
granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi. Disintegrasi sel
selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel,
fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular
kasar, kemudian menjadi butiran halus.
5. Silinder Lilin (Waxy Cast)
5. Silinder Lilin (Waxy Cast)
Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder
granular yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut. Ketika silinder
selular tetap berada di nefron untuk beberapa waktu sebelum mereka dikeluarkan
ke kandung kemih, sel-sel dapat berubah menjadi silinder granular kasar,
kemudian menjadi sebuah silinder granular halus, dan akhirnya, menjadi silinder
yang licin seperti lilin (waxy). Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit
ginjal berat dan amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan
penyakit dan dilasi nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit
ginjal kronis.
Yang disebut telescoped urinary sediment adalah salah satu di mana eritrosit, leukosit, oval fat bodies, dan segala jenis silinder yang ditemukan kurang lebih sama-sama berlimpah. Kondisi yang dapat menyebabkan telescoped urinary sediment adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi ganas 3) diabetes glomerulosclerosis, dan 4) glomerulonefritis progresif cepat.
Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen saluran kemih sering menjadi sangat kurang karena nefron yang masih tersisa menghasilkan urin encer.
Bakteri
Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba flora normal vagina atau meatus uretra eksternal dan karena kemampuan mereka untuk cepat berkembang biak di urine pada suhu kamar. Bakteri juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja, dalam urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari infeksi di saluran kemih. Oleh karena itu pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar.
Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan tes biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa organisme mencerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap organisme dalam spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.
Ragi
Yang disebut telescoped urinary sediment adalah salah satu di mana eritrosit, leukosit, oval fat bodies, dan segala jenis silinder yang ditemukan kurang lebih sama-sama berlimpah. Kondisi yang dapat menyebabkan telescoped urinary sediment adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi ganas 3) diabetes glomerulosclerosis, dan 4) glomerulonefritis progresif cepat.
Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen saluran kemih sering menjadi sangat kurang karena nefron yang masih tersisa menghasilkan urin encer.
Bakteri
Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba flora normal vagina atau meatus uretra eksternal dan karena kemampuan mereka untuk cepat berkembang biak di urine pada suhu kamar. Bakteri juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja, dalam urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari infeksi di saluran kemih. Oleh karena itu pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar.
Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan tes biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa organisme mencerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap organisme dalam spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.
Ragi
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi
jamur sejati. Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal
amorf, membedakannya adalah bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas. Paling
sering adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina.
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual
yang dapat berasal dari urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme
ini bervariasi antara 1-2 kali diameter leukosit. Organisme ini mudah
diidentifikasi dengan cepat dengan melihat adanya flagella dan pergerakannya
yang tidak menentu.
Kristal
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit "kencing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.
1. Kalsium Oksalat
Kristal
Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit "kencing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.
1. Kalsium Oksalat
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan
pada pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama
pada pH yang asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk
sangat kecil. Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan
bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah
konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene
glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL masih dinyatakan normal,
tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal.
2. Triple Fosfat
2. Triple Fosfat
Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat
dijumpai bahkan pada orang yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat
persegi panjang seperti tutup peti mati (kadang-kadang juga bentuk daun atau
bintang), tak berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun mereka dapat
ditemukan dalam setiap pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral ke
basa. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu
(buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil urease (mis.
Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan
meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas.
3. Asam Urat
3. Asam Urat
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat,
berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan
pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan
nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme normal; jumlahnya
tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan
konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam
keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau
meningkatkan konsentrasi asam urat.
4. Sistin (Cystine)
4. Sistin (Cystine)
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis.
Kristal ini muncul dalam urin sebagai akibat dari cacat genetic atau penyakit
hati yang parah. Kristal dan batu sistin dapat dijumpai pada cystinuria dan
homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan ketika konsentrasinya > 300mg.
Sering membingungkan dengan kristal asam urat. Sistin crystalluria atau
urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme
bawaan cacat yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam
amino sistin.
5. Leusin dan Tirosin
5. Leusin dan Tirosin
Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan
sering muncul bersama-sama dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak
sebagai jarum yang tersusun sebagai berkas atau mawar dan kuning. Leusin
muncul-muncul berminyak bola dengan radial dan konsentris striations. Kristal
leucine dipandang sebagai bola kuning dengan radial konsentris. Kristal ini
kadang-kadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat nukleus yang
menyerupai. Kristal dari asam amino leusin dan tirosin sangat jarang terlihat
di sedimen urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa penyakit keturunan
seperti tyrosinosis dan "penyakit Maple Syrup". Lebih sering kita
menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat (sering
terminal).
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular ,
transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang dengan satu
(kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal
kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki makna klinis seperti oval fat
bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai
oleh proteinuria.
7. Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin misalnya adalah :
Kristal dalam urin asam :
7. Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin misalnya adalah :
Kristal dalam urin asam :
·
Natirum urat
: tak berwarna, bentuk batang ireguler tumpul, berkumpul membentuk roset.
·
Amorf urat :
warna kuning atau coklat, terlihat sebagai butiran, berkumpul.
Kristal
dalam urin alkali :
·
Amonium urat
(atau biurat) : warna kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur, bulat berduri,
atau bulat bertanduk.
·
Ca-fosfat :
tak berwarna, bentuk batang-batang panjang, berkumpul membentuk rosset.
·
Amorf fosfat
: tak berwarna, bentuk butiran-butiran, berkumpul.
·
Ca-karbonat
: tak berwarna, bentuk bulat kecil, halter.
Secara umum,
tidak ada intepretasi klinis, tetapi jika terdapat dalam jumlah yang banyak,
mungkin dapat menimbulkan gangguan.
Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal, seperti :
Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal, seperti :
kristal Sulfadiazin dan kristal Sulfonamida
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin
pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan
evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap
status kesehatan umum. Adapun pemeriksaan urinalisis ada pemeriksaan secara
fisik, mikroskopis, dan kimia. Pemeriksaan fisik(makoskopis) yaitu jumlah
urine, bau, buih, kejernihan, warna, dan berat jenisnya. Pemeriksaan
mikroskopis yaitu melihat sel darah merah, sel darah putih, toraks/silinder,
sel epitel, dan Kristal. Pemeriksaan kimia yaitu terdiri dari urobilinogen,
bilirubin, protein, glukosa, badan keton, dan PH.
SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
terutama mahasiswa dan semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam
berbagai diskusi dan forum terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/02/urinalisis-1.html
http://ahdiah200.blogspot.co.id/2014/11/urinalisis.html
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/02/urinalisis-2-analisis-mikroskopik.html
32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar