Selasa, 08 Maret 2016

makalah urinalisis



MAKALAH KIMIA KLINIK 1

URINALISIS




OLEH


Nama :FESSY NOVITA SARI
Nim    :14010010
Dosen : Yurman,SKM,M.Si



AKADEMI ANALIS KESEHATAN
HARAPAN BANGSA
D3 ANALIS KESEHATAN 2014-2015



i


KATA PENGANTAR

          Dengan rahmat dan segala puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan hidayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini guna untuk memenuhi tugas kuliah ini. Pada kesempatan ini tidak lupa kami berterima kasih kepada dosen mata kuliah. Yang memberikan tugas  supaya kami dapat memahami dan mengerti lagi atas mata kuliah ini.
          Menyadari dan jauh dari sempurna makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan dikemudian hari sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan yang diharapkan.




















Bengkulu, September 2014
Penulis


ii


DAFTAR ISI


DAFTAR ISI HALAMAN AWAL................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................3
1.1. Urinalisis.....................................................................................................3
1.2.Specimen.....................................................................................................4
1.3 Pemeriksaan Makroskopik, Kimia urin,Dan Mikroskopik.........................6
            a. Pemeriksaan Makroskopik................................................................6
            b. Pemeriksaan Kimia urin....................................................................9
            c.Pemeriksaan Mikroskopik.................................................................15
BAB III PENUTUP ........................................................................................31
A. Kesimpulan ................................................................................................31
B. Saran ..........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................32


iii






 


BAB 1
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik.
Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang sterilUrin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India, Ayurveda.
Sistem urin adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra.Urinalisis adalah suatu tes yang dilakukan pada urine pasien untuk tujuan diagnosa infeksi saluran kemih, screening , dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal. Uranilisis juga merupakan tes untuk memantau perkembangan penyakit ginjal, diabetes, dan tekanan darah ( hipertensi ) dan screening kesehatan secara umum.




B.RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana pemeriksaan mikroskopis dan makroskopis dalam urinalisis?
2.      Apa yang digunakan dalam sampel urinalisis?




C.TUJUAN DAN MANFAAT

1.Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1.      Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan mikroskopis dan makroskopis dalam urinalisis.
2.      Untuk mengetahui specimen urin apa saja yang digunakan untuk sampel urinalisis.

2.Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah supaya kita dapat memahami lebih dalam pemeriksaan urinalisis.












BAB 2
PEMBAHASAN


1.1 URINALISIS

Urinalisis adalah suatu tes yang dilakukan pada urine pasien untuk tujuan diagnosa infeksi saluran kemih, screening , dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal. Uranilisis juga merupakan tes untuk memantau perkembangan penyakit ginjal, diabetes, dan tekanan darah ( hipertensi ) dan screening kesehatan secara umum.
            Urinalisis merupakan pemeriksaan uji saring yang sering diminta oleh dokter untuk mengetahui gangguan ginjal dan saluran kemih atau gangguan metabolisme tubuh (Strasinger & Schaub, 2001).
Urinalisis  adalah  analisis  kimia,  makroskopis  dan  mikroskopis  terhadap urin.  Uji  urin  rutin  dilakukan  pertama  kali  pada  tahun  1821.  Urinalisis  berguna untuk  mendiagnosis  penyakit  ginjal  atau  infeksi  traktus  urinarius  dan  untuk mendeteksi  adanya  penyakit  metabolik  yang  tidak  berhubungan  dengan  ginjal. Berbagai  uji  urinalisis  rutin  dilakukan  di  tempat  praktik  pemberi  layanan kesehatan dan juga rumah sakit atau laboratorium swasta. ( Kee, Joyce Le Fever, 2007 )
Urin  yang  normal  jumlah  rata    rata  1    2  liter  sehari  tetapi  perbedaan jumlah  urin  sesuai  cairan  yang  dimasukkan,  jika  banyak  mengkonsumsi  protein maka  akan  diperlukan  banyak  cairan  untuk  melarutkan  ureanya,  sehingga  urin yang dikeluarkan jumlahnya sedikit dan menjadi pekat. ( Evelin C. Pearce 2002). Beberapa  penyelidikan  menunjukkan  bahwa  20  %  dari  wanita    wanita dewasa  hingga  usia  lanjut,  setiap  tahun  mengalami  disuria  (  nyeri  waktu berkemih).  Pria jarang terkena  infeksi  simtomatis  sampai sesudah umur 45  tahun, kecuali jika terdapat kelainan urologis. ( Basuki B Purnomo, 2007 )
Urine harus diperiksa secara langsung karena PH urine yang masih baru adalah asam, soludnya masih bagus. Sedimen masih bagus, pemeriksaan makroskopisnya juga masih bagus. Jika ditunda akan terjadi adanya bakteri, memecah ureum menjadi ammonia PH menjadi basa, kemudian melisiskan sedimen, dan mengubah morfologi-morfologinya.
Urialisis dapat meberikan informasi klinik yang penting. Urinalisis merupakan  pemeriksaan rutin pad sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan urin mencakup evaluasi hal-hal berikut:

1. Observasi warna dan kejernihan urin.
2. Pengkajian bau urin
3. Pengukuran keasaman dan berat jenis urin
4.Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan badan keton dalam urin
   (masing-  masing untuk proteinuria, glukosuria, da ketonoria)
5.Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan pemusingan (centrifuging) untuk mendeteksi sel darah erah (hematuria), sel darah putih, slinder (silindruria), Kristal (kristaluria), pus (piuria) dan bakteri (bakteriuria).
Cara Pengumpulan Sampel Urin adalah Pengumpulan sampel urin dilakukan sewaktu bangun tidur pagi, karena specimen ini lebih pekat dan lebih besar kemungkinannya untuk mengungkapkan abnormalitas. Spesimen tersebut dikumpulkan dalam wadah yang  bersih dan dilindungi terhadap kontaminasi bakteri serta perubahan kimiawai. Semua specimen harus diseimpan dalam lemari pendingin. Karena jika dibiarkan dalam suhu kamar urin akan menjadi alkalis akibat kontaminasi bakteri pemecah ureum dari lingkungan sekitarnya.

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.



1.2 SPECIMEN

Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar. Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling  bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin yang mengandung antiseptik. Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen.
Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil  pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap.

Terdapat lima jenis sampel urine sesuai dengan tujuan pemeriksaanyan yaitu :
1.      Urine sewaktu
Urine sewaktu adalah sampel urine yang diambil sewaktu saat pasien akan melakuakn      pemeriksaan, urine sewaktu digunakan untuk pemeriksaan urine rutin.
2.      Urine pagi
Urine pagi adalah sampel urine yang diambil saat pagi hari ketika pasien bangun tidur dan belum mengonsumsi apapun. Urine pagi digunakan untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, dan kehamilan
3.      Urine osprundial
Urine osprundial adalah sampel urine yang diambil antara 1 – 1.5 jam setelah makan. Urine osprundial digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
4.      Urine 24 jam
Urine 24 jam adalah sampel urine yang ditampung selama 24 jam. Urine 24 jam ini digunakan untuk analisa kuantitatif

5.      Urine tiga gelas dan urine dua gelas
Urine tiga gelas dan urine dua gelas sudah mulai jarang dilakukan. Sampel urine ini digunakan untuk mengetahui adanya radang







1.3 Pemeriksaan Makroskopik, Kimia urin,Dan Mikroskopik.

Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan  pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan  pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan  pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

a.      Pemeriksaan Makroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit  berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine  pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine  basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.  

1.      Volume urin

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat  badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24  jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih  banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

2.      Warna urin

Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar  protein dalam urin (proteinuria). Urin yang baru di kemihkan berwarna jernih.



Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
1.      Merah
 : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen,  porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna.
2.      Oranye
 : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
3.      Kuning 
 : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
4.      Hijau
 : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.

5.      Biru
 : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.

6.      Coklat 
 : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.

7.      Hitam atau hitam kecoklatan
 : Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.

8.      Seperti susu : Penyebab patologik : fosfat dan urat jumlah besar, getah prostat  protein yang membeku.






3.      Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah  bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol,  petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

4.      Kejernihan
Kejernihan urine dinyatakan dengan jernih, agak keruh, keruh, atau sangat keruh. Kekeruhan pada urine disebut sebagai nubecula yang terdiri dari lender, sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap. Kekeruhan didalam urine dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan dari bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat desebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen sel epitel, leukosit, dan eritrosit dalam jumlah banyak.

5.      Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin dapat dilakukan dengan cara piknometer, carik celup, dan urinometer. Yang lebih umum di gunakan adalah dengan carik celup, namun pemeriksaan berat jenis urin dengan piknometer lebih teliti. Tingginya  berat jenis itu memberi kesan tentang pekatnya urin, jadi bertalian dengan faal  pemekat ginjal. BJ urin 24 jam pada orang normal sekitar 1,016 – 1,022. Sedangkan BJ urin sewaktu pada orang normal 1,003 – 1,030. Bila BJ urin sewaktu 1,025 atau lebih sedangkan reduksi urin dan protein negatif, hal ini menunjukan faal  pemekatan ginjal baik. Dan bila BJ urin lebih dari 1,030 kemungkinan glukosuria. Urin yang jumlahnya sedikit dapat diencerkan dengan aquadest, sedangkan urin yang sangat sedikit Bjnya dapat ditentukan dengan alat refraktometer.

6.      Buih urine
Buih normal urine adalah berwarna putih. Jika saat melakukan ekskresi buihnya berwarna putih dan banyak maka mengandung protein. Apabila buihnya kuning berarti mengandung obat.


b.Pemeriksaan kimia urin

ANALISIS DIPSTICK

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFdtg4D2t3cQtGS1c-cieS5FJCMSCv-uHBPfKIr2DFNTqRhR91whv9Q9msGTZ_ztefjQLhZqsh80tWPpgH9F4K0gigfdQGCOdEJtSvuC8Ok1Fx97hN7od4Von28sgrelwUUfMWv9EeEb8d/s200/dipstick_Detailed+Structure+of+Combur10+Test%C2%AE+M.jpg

Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan diperiksa. Urine Dip merupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa berbagai penyakit.
Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah : glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase.

Prosedur Tes

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJLN0zYFP1dDSq9nypzh80qubk9A_BjWlev3S6NrdoYKKE8lsCl5aVCf5Bz_J9zwf5BLd9fOLx2SPX60mttmQkj41bu5iw0PvYF6f29zSVyPse64w5ijMioGSZkUlNAEhDrRQYdO7KmA1u/s200/Urinalisis+procedure.jpg

Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera tutup wadah. Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik. Hilangkan kelebihan urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen atau dengan meletakkan strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan warna.


Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.


Protein

Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.

Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi.

Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.

BILIRUBIN

Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.


Urobilinogen

Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.

Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.

Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.





Keasaman (pH)

Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine.

Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.

Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
1)      pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
2)      pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.


Berat  Jenis(SpecificGravity,SG)

Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin.

Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.

BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa.


Darah (Blood)

Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine.

Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urine.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1)      Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang mengandung peroksidase.

2)                  Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung vitamin C dosis tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif.


 Keton

Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris.


Nitrit

          Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.

           Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1)                  Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro apabila pemeriksaan tertunda, urine merah oleh sebab apapun, pengaruh obat (fenazopiridin).
2)                  Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6 jam, atau berat jenis urine tinggi.

Lekosit esterase

            Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik celup.

            Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine tinggi (>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan


b.      PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan  penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu  jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali).
 Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder,  potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.

Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal.

Metode pemeriksaan mikroskopik sedimen urine lebih dianjurkan untuk dikerjakan dengan pengecatan Stenheimer-Malbin. Dengan pewarnaan ini, unsur-unsur mikroskopik yang sukar terlihat pada sediaan natif dapat terlihat jelas.


PROSEDUR

         Sampel urin dihomogenkan dulu kemudian dipindahkan ke dalam tabung pemusing sebanyak 10 ml. Selanjutnya dipusingkan dengan kecepatan relatif rendah (sekitar 1500 - 2000 rpm) selama 5 menit. Tabung dibalik dengan cepat (decanting) untuk membuang supernatant sehingga tersisa endapan kira-kira 0,2-0,5 ml. Endapan diteteskan ke gelas obyek dan ditutup dengan coverglass. Jika hendak dicat dengan dengan pewarna Stenheimer-Malbin, tetesi endapan dengan 1-2 tetes cat tersebut, kemudian dikocok dan dituang ke obyek glass dan ditutup dengan coverglass, siap untuk diperiksa.

        Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang lemah (LPL) atau low power field (LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang pandang kuat (LPK) atau high power field (HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit, epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat dilakukan.

Karena jumlah elemen yang ditemukan dalam setiap bidang dapat berbeda dari satu bidang ke bidang lainnya, beberapa bidang dirata-rata. Berbagai jenis sel yang biasanya digambarkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah silinder biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang pandang lemah.

Cara melaporkan hasil adalah sebagai berikut :


Dilaporkan
Normal
+
++
+++
++++
Eritrosit/LPK
0-3
4-8
8-30
lebih dari 30
penuh
Leukosit/LPK
0-4
5-20
20-50
lebih dari 50
penuh
Silinder/Kristal/LPL
0-1
1-5
5-10
10-30
lebih dari 30

Keterangan: :
Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal.


Eritrosit

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDh12CJbjI_B16buBFqaZ_o7Pk3mp52b7Q4IfvnBWZhzR-WYjpPQ8XyFUZ1vUOO0CQIWrlb_WLmM1uufKIrMo8KYGgrt9BOVib1SzngwLNdPqq1KGhrRJh8-hLeT7wFyxckB96rO-4yEbG/s200/Eritrosit03.jpg

Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan bawah,nefrotoksin,dll.

Hematuria dibedakan menjadi hematuria makroskopik (gross hematuria) dan hematuria mikroskopik. Darah yang dapat terlihat jelas secara visual menunjukkan perdarahan berasal dari saluran kemih bagian bawah, sedangkan hematuria mikroskopik lebih bermakna untuk kerusakan glomerulus.

Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5 eritrosit/LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai pada nefropati diabetik, hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria mikroskopik dapat terjadi persisten, berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang ginjal-saluran kemih. Hematuria persisten banyak dijumpai pada perdarahan glomerulus ginjal.

Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil sekali dalam urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrSYse1qKvGqeRowrKoRmxdHlOx96XHU0A-oaTTy0TtnxFQzllilZCekSyytiBxSMAdq2uExqfS0cRJoLlPepD3MiQCyvejV3vVuFkbeEVrsChd1mfs-e6KKc-WP6tcp02FhlITY1S42YK/s200/Eritrosit+dismorfik02.jpg

Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi dan sering tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membran sel. Eritrosit dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur glomerulus yang abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urin menunjukkan penyakit glomerular seperti glomerulonefritis.

Leukosit
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAUF9pAAY3ra5CY-mWReuLUay0hz2uKqV62qjn0SICVs3bW-aorJrDDoIvQnraeiPTD-iJC6beKXf0AqdVl0THV3VMAJQ34Qo7oHA3TDZ_-GnbcY833BCUE2ZLscqPFTFx7tBsMYdFCLxv/s200/Leukosit01.jpg

Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih.

Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas membran glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi berat jenis urin rendah, leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel Glitter merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan Brown butiran dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung berkelompok.

Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada laki-laki.

Sel Epitel
1)      Sel Epitel Tubulus
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFLWdVGb-VBZZ1Q1Np5aOwGFu9NiOolmG0TBBymx2DJA4ddoE0J25gmqNCcpQq7SvSv6ncIuXg4crDiUj6t93sJKMwhPCUn2W7kcRkIYSwm2I7omSCtXrD1QLaRT5TphRcaj3ezeT4qtFo/s200/epitel+tubulus2.jpg
Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit, mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal, penolakan transplnatasi ginjal, keracunan salisilat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6XFLqJAJun6F3vEOfEGCzKLV325eeKFBVghkP_Qz5g6rEh8ECa2t0d8IXrz2cOaexkTpHHt3HI1qswnVXqrr90cYn3SbACWnYrrYR1HDBQYsbc7P2BZdA3jaym0beTVmKYIjqORX7ApuW/s200/Oval+fat+bodies01.jpg
Sel epitel tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang berada dalam lumen tubulus (lipoprotein yang menembus glomerulus), sel-sel seperti ini disebut oval fat bodies / renal tubular fat / renal tubular fat bodies. Oval fat bodies menunjukkan adanya disfungsi disfungsi glomerulus dengan kebocoran plasma ke dalam urin dan kematian sel epitel tubulus. Oval fat bodies dapat dijumpai pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus lanjut, kerusakan sel epitel tubulus yang berat karena keracunan etilen glikol, air raksa. Selain sel epitel tubulus, oval fat bodies juga dapat berupa makrofag atau hisiosit.
Sel epitel tubulus yang membesar dengan multinukleus (multinucleated giant cells) dapat dijumpai pada infeksi virus. Jenis virus yang dapat menginfeksi saluran kemih adalah Cytomegalovirus (CMV) atau Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 maupun tipe 2.
·                     Sel epitel transisional
Sel epitel ini dari pelvis ginjal, ureter, kandung kemih (vesica urinaria), atau uretra, lebih besar dari sel epitel tubulus ginjal, dan agak lebih kecil dari sel epitel skuamosa. Sel epitel ini berbentuk bulat atau oval, gelendong dan sering mempunyai tonjolan. Besar kecilnya ukuran sel epitel transisional tergantung dari bagian saluran kemih yang mana dia berasal. Sel epitel skuamosa adalah sel epitel terbesar yang terlihat pada spesimen urin normal. Sel epitel ini tipis, datar, dan inti bulat kecil. Mereka mungkin hadir sebagai sel tunggal atau sebagai kelompok dengan ukuran bervariasi.
·                     Sel skuamosa
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxpvlqqi060FRX4HAxlWZdjHIl1y3qaySgeCLFKS7HNUOb9a_COXwXtGJ-rKdQEaujMQjr64DduGgt4BQi5IIqmzvOEOOuqVtKxCxs5qRtG22DIWuRbSGIc4Kro1rdPy9d06SndhCXuYW2/s200/epitel+skuamosa2.jpg
Epitel skuamosa umumnya dalam jumlah yang lebih rendah dan berasal dari permukaan kulit atau dari luar uretra. Signifikansi utama mereka adalah sebagai indikator kontaminasi.
Silinder

Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau saluran pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan silinder. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein, terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah melekat pada matriks protein yang lengket.

Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit, leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel atau bahan lain yang cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan berdasarkan konstituennya. Apabila konstituen selular mengalami disintegrasi menjadi partikel granuler atau debris, biasanya silinder hanya disebut sebagai silinder granular.


1.Silinder hialin

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqJMElw7celxzz35_4D2tWpE5qRU7AheyiqadCQJkMgch1z3Uj1CF9oHpc2bakSP2KuqPvXlq4LDG_0p1waalpstWa9X7in1roY8zF82tsKq47akzB912ehL03UtYwV5RJM0_UCuRL65su/s200/Hyaline+cast.jpg
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat. Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk sebuah silinder hialin di saluran pengumpul.

Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan lengkung Henle's dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids).






2. Silinder Eritrosit

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwlgJ-MRpZVAZS2DgygKZ23T0QOcrUVyhioe-4srOTKlrwq6dyr67P6SgylSf7niN7SKtve34ZE2fhY9j3O-I3KqwQq-7ZAKkN-N8fXAfyjuabigMbQiu7-2sknm0Ty1-uw_BHcppG89av/s200/RBC's+cast.jpg
Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari kerusakan eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat pada matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder eritrosit.


3. Silinder Leukosit

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNzRp08cDsBEo3yjcopMoUoZDBpEqbyYiCPVq_nbOrCMUGMHnOBKiD8wsnoWdmLXVj1Sgf3kVu672TvIZZA32GOhRaN5JpMFqoSIPz1G0YFFW4XJ0WDQEG_GgUbR46tkKeSrgrWyYMazyd/s200/silinder+leukosit01.jpg
Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam matriks Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus (glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai silinder lekosit. Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri mempunyai arti penting untuk pielonefritis, mengingat pielonefritis dapat berjalan tanpa keluhan meskipun telah merusak jaringan ginjal secara progresif.


4. Silinder Granular

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6D_ZmkoOMEhKBTRq3UQhitlZbVlbFxIABofyUD2R_ta_AfzVDUKRc5Um_znHI7Fo0Hn-sJDNicG8hcX9aPVfmJAHAJoXCDobriLKgXZyN7pdqbFARRZz1w61M_WI1XSB8russ96_EZhWj/s200/silinder+granular01.jpg
Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi. Disintegrasi sel selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel, fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian menjadi butiran halus.

5. Silinder Lilin (Waxy Cast)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAx-q-WBFNkYIkU5MeIzg6xKnuRISVFnuN2Y90ddtrqWzttMw0Q7qp0A796NEKzmnsFFehpbG6H6CDcErwddk8vR6GOgBtxQQPEIVTP8R64uqoJDSEVUJUxyfFT0P3AmscXxVb1-dMW9rY/s200/waxy_cast.jpg
Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut. Ketika silinder selular tetap berada di nefron untuk beberapa waktu sebelum mereka dikeluarkan ke kandung kemih, sel-sel dapat berubah menjadi silinder granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder granular halus, dan akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin (waxy). Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal kronis.

Yang disebut telescoped urinary sediment adalah salah satu di mana eritrosit, leukosit, oval fat bodies, dan segala jenis silinder yang ditemukan kurang lebih sama-sama berlimpah. Kondisi yang dapat menyebabkan telescoped urinary sediment adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi ganas 3) diabetes glomerulosclerosis, dan 4) glomerulonefritis progresif cepat.

Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen saluran kemih sering menjadi sangat kurang karena nefron yang masih tersisa menghasilkan urin encer.

Bakteri

Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba flora normal vagina atau meatus uretra eksternal dan karena kemampuan mereka untuk cepat berkembang biak di urine pada suhu kamar. Bakteri juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul, kontaminasi tinja, dalam urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari infeksi di saluran kemih. Oleh karena itu pengumpulan urine harus dilakukan dengan benar.

Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan tes biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa organisme mencerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap organisme dalam spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.


Ragi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuhUIWeKlt359OmWQ18Zbm_siWHDty-69ZykSq-UMQqPFd6-sL0h2rJjp7MM0HR3fUgklcg928kdNIQjHhv-DuQWpW_0VpSG38ch1gEQIVh50JQg7sJMhxUlI-MsOl3BQ8iZSKQR28Om9-/s200/Yeast.jpg
Sel-sel ragi bisa merupakan kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka sering sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung kemih, uretra, atau vagina.





Trichomonas vaginalis

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGeQWtME-U1EwGIWNveKSG6naDOAMNiAl5VI_OYygJJvacMmc6cepXF35ifodbFr3rpXDDZpFzziHpl9dMwwgTnN8T6_MxD8bn4GwTTffn3uPff-QkLrsTP6XimE3FN-Vt_pcgaHTxM5Wq/s200/trichomonas.jpg
Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal dari urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2 kali diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan melihat adanya flagella dan pergerakannya yang tidak menentu.

Kristal

Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit "
kencing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.

1. Kalsium Oksalat

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh71Yev_aKsC7CteLrZW3-HQN_u_q8kA4cxmOoGhaAKNQlqlaSlMlAYLi45vyK13vuqpgWIgnlmd8xDaJnI77iUjijqUGMBrml1xMHm-lWPIYIhSi0giAKDSLGxz4Lz4snB7kYRK5oU1aO9/s200/oksalat.jpg
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk sangat kecil. Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal.

2. Triple Fosfat

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZINME-_dMFsPce8r5PJqTPFXYxRq3eYlaqtRsoI21lbCUq1PKKhIxxLV7R7vOHshc5KPnGH5MZXgAQQ8HcmC-nPv2Yf-4cWsDHBBnjAdin9zCnV-u5GxkQ3vnsrdodGV1-NhIJUeGkzRz/s200/kristal+triple+fosfat01.jpg
Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati (kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun mereka dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas.

3. Asam Urat

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVdNcpU8SweIvYORN3QsQmh9ADxjBuoqoy-SD8VWDfEaf8jlh2Lnauy6jfrOgL7fyNI5huz95E80N4wuMSM5_LiL8ZrnJSToX1jHktUmWuvCPvCB9ZPLbcp7qqGoYT5G1e3h8buJaOchKK/s200/Asam+urat.jpg
Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi asam urat.

4. Sistin (Cystine)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI4bYIfnZ6dykaUrneltJ16Ytnwq9XivxX3GFW2ixQsZQo27pxUI_93S3z0ZlU9lIGDy9xePxUzGh4_VkRl6Jer2wo2sMMm038m4w500xv247xvmgEzmdSrI5xYqikwFvfJgddgwJ7gNMi/s200/kristal+sistin01.jpg
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai akibat dari cacat genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin dapat dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan ketika konsentrasinya > 300mg. Sering membingungkan dengan kristal asam urat. Sistin crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam amino sistin.

5. Leusin dan Tirosin

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQyvfiuV8YLcKVGwO6fQ90HuQKCEwnEOVnCNPt50UzHN_Ao3XwD1OzaX1WMZT3p0VcWhy-733NhR3rHsDVv3c8HgIx5eMjmH1PaF86PWZD5rmJULAaJ6Rp0Q0An0QmgIdKNcU3qHjHwXRQ/s200/kristal+tirosin+dan+leusin.jpg
Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul bersama-sama dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai berkas atau mawar dan kuning. Leusin muncul-muncul berminyak bola dengan radial dan konsentris striations. Kristal leucine dipandang sebagai bola kuning dengan radial konsentris. Kristal ini kadang-kadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat nukleus yang menyerupai. Kristal dari asam amino leusin dan tirosin sangat jarang terlihat di sedimen urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa penyakit keturunan seperti tyrosinosis dan "penyakit Maple Syrup". Lebih sering kita menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat (sering terminal).


6. Kristal Kolesterol

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3veMZbrmv2HrF5W2ANzfERlJFEEcg-UjI8VFvIOJijh1YsoBwgCJiRvlOQkgosfvZaaZmD4LtH9pC7gemeUKQ8bhSzcisNQLmchwNjf9owK-kOaMBC2Tb8JpxbimkAppR8cgG6DjAm763/s200/kristal+kolesterol01.jpg
Kristal kolesterol tampak regular atau irregular , transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki makna klinis seperti oval fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria.

7. Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin misalnya adalah :

Kristal dalam urin asam :
·                     Natirum urat : tak berwarna, bentuk batang ireguler tumpul, berkumpul membentuk roset.
·                     Amorf urat : warna kuning atau coklat, terlihat sebagai butiran, berkumpul.
Kristal dalam urin alkali :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyUVGkTPpV8HX54ZqbxsQ1iyyWVOqQV-lPSCsVtQ-OuHVWKw0Ta-Tkpiyu4TxCNXAjfMMPFWuki8a5WUAfIGsJRzEKxgyaXEMdB4ZEFh3u18GSHpxmCliylmExNBn5v6EezvwxfwXxuZu5/s200/Ammonium+urates.jpg
·                     Amonium urat (atau biurat) : warna kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur, bulat berduri, atau bulat bertanduk.





·                     Ca-fosfat : tak berwarna, bentuk batang-batang panjang, berkumpul membentuk rosset.
·                     Amorf fosfat : tak berwarna, bentuk butiran-butiran, berkumpul.
·                     Ca-karbonat : tak berwarna, bentuk bulat kecil, halter.
Secara umum, tidak ada intepretasi klinis, tetapi jika terdapat dalam jumlah yang banyak, mungkin dapat menimbulkan gangguan.

Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal, seperti :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTrzwAA0KxrBMGgISvXWIcUWvWpHTXHPyuF38PCbj5Q_UmyXzUhnXOuqZi2jbTBIaAsdmW5Gec0oOFveRWDdxqBJ3gzmM2FgGTyCWFQN0wk0UcwYQ3gBlCicGJPsbRmeObHiRXd_zMrSeH/s200/sulfadiazine.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuh20YsBSMjFOzlBH4a2il6MGijK3wxpF1oAVjAU95xrDsjA2TpG8TdqCJ_yXuybTeyd_0Hlfn-lpGg9HTeJnzPMVGosC817LdIxsmuJRlbSLoAzdS7Aic_-Zgjsc1lJ3D2s8NGC9_NhWX/s200/sulfonamide.jpg
kristal Sulfadiazin dan kristal Sulfonamida

























BAB 3

PENUTUP



KESIMPULAN

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. Adapun pemeriksaan urinalisis ada pemeriksaan secara fisik, mikroskopis, dan kimia. Pemeriksaan fisik(makoskopis) yaitu jumlah urine, bau, buih, kejernihan, warna, dan berat jenisnya. Pemeriksaan mikroskopis yaitu melihat sel darah merah, sel darah putih, toraks/silinder, sel epitel, dan Kristal. Pemeriksaan kimia yaitu terdiri dari urobilinogen, bilirubin, protein, glukosa, badan keton, dan PH.



SARAN

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama mahasiswa dan semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum terbuka.














DAFTAR PUSTAKA
  
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/02/urinalisis-1.html
http://ahdiah200.blogspot.co.id/2014/11/urinalisis.html
http://labkesehatan.blogspot.co.id/2010/02/urinalisis-2-analisis-mikroskopik.html



32

Tidak ada komentar:

Posting Komentar