Rabu, 11 Maret 2015

MAKALAH BIOLOGI TENTANG kode genetika





MAKALAH
KODE GENETIKA




172677_195253443832445_3462283_o.jpg



Dosen Pembimbing: Eka Nurdianti Anwar,M.pd.Si

Disusun oleh:

Kelompok 1

1.Edi Sutrismo
       2.Fessy Novita Sari
  3.Jelly Pernanda


AKADEMI ANALIS KESEHATAN HARAPAN BANGSA
Jl.Depati Payung Negara Padang Kemiling Telp/Fax: 0736-52606
Kec.Selebar Kel.Pekan Sabtu Kota Bengkulu


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.Berkat rahmat taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berkat bantuan dan tuntutan Allah SWT, dan semua pihak dari kelompok kami.Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimilliki kami sehingga dapat selesai.Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.










                                                                                                  Bengkulu, 09 Maret 2015
                                                                                 
                                                                                      Penyusun

DAFTAR ISI


DAFTAR ISI HALAMAN AWAL................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2
A. Prinsip Hukum Mendel..................................................................... 2
 B. Hukum Segregasi (hukum pertama Mendel).................................... 2
C. Hukum Asortasi Bebas (hukum kedua Mendel)............................... 3
D. Hereditas Mamire.............................................................................. 4
E.Penentuan golongan darah..................................................................10
 BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12
A. Kesimpulan ....................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14





BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
 Hereditas mendapat perhatian banyak peneliti seperti Mendel. Penelitian-penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan hukum Mendel II. Hukum Mendel I menyatakan bahwa ketika berlangsung pembentukan gamet pada individu akan terjadi pemisahan alat secara bebas. Oleh karena itu, setiap gamet mengandung salah satu alel yang dikandung oleh sel induknya. Hukum ini disebut segregasi bebas yang terlihat pada persilangan monohibrid. Hukum II Mendel menyatakan bahwa pada saat pembentukan gamet gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok secara bebas pula.Pola-pola hereditas mencakup pewarisan sifat individu pada keturunannya melalui gamet dengan mengikuti aliran tertentu. Perbandingan fenotipe pada F2 perkawinan dihibrid seharusnya adalah 9:3:3:1 tetapi ada gen yang kerjanya saling berurutan antara satu dengan yang lain, sehingga hasil persilangan seolah-olah menyimpang dari prinsip Mendel. Dari pernyataan diatas penulis membuat makalah yang berjudul kode genetika dan penentuan golongan darah.Sehingga pembaca dapat mengetahui apa yang berkaitan dengan materi tersebut.
B. Tujuan
 1. Agar mahasiswa mengetahui tentang prinsip hokum mendel
3. Agar mahasiswa mengetahui hereditas manire
4. Agar mahasiswa mengetahui penentuan golongan darah
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip hokum mendel ?
2. Bagaimana prinsip hukum mendel 1 dan 2 ?
3. Bagaimana hereditas manire yang berkaitan dengan DNA, RNA dan Sintesis protein ?
4.Bagaimana penentuan golongan darah?



BAB II PEMBAHASAN
A.Prinsip Hukum Mendel
       Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Pertama kali ditemukan oleh Gregor John Mendel melalui persilangan pada kacang kapri ( pisum sativum ). Alasan mendel :
 1. Pasangan sifat beda menjolok
2. Autogami sifat yang konstan
3. Mudah melakukan penyerbukan silang
4. Waktu yang diperlukan singkat
5. Keturunannya banyak

B. Hukum Segregasi (hukum pertama Mendel)
Perbandingan antara B (warna coklat), b (warna putih), S (buntut pendek), dan s (buntut panjang) pada generasi F2 Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww ) dan satu dari tetua betina (misalnya RR ).
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB ), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan . Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.






C. Hukum Asortasi Bebas (hukum kedua Mendel)
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan  tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi. Induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama  merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe wR). Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada keturunan berikutnya dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww.
Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1. Kalau contoh 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.
Pada contoh2 , sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB . Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb). Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4: 1:2:1:2: 1.
 D. Hereditas Mamire
1. DNA
DNA ( Deoksiribose Nuclei Acid ), wujud sebagai untaian yang halus, pembawa sifat keturunan, disusun oleh asam nukleat. Polinukleotida adalah polimer dari nukleotida. Nukleotida terdiri dari :
a. Gula pentose
b. Basa Nitrogen ( Adenin, guanin, timin, dan sitosin )
c. Fosfat
Basa Nitrogen :
a. Basa Nitrogen terdiri dari kelompok senyawa Purin dan Pirimidin.
b. Basa Nitrogen penyusun DNA dari kelompok purin adalah Adenin ( A ) dan Guanin ( G )  c. Basa Nitrogen penyusun DNA dari kelompok Pirimiidin adalah Timin ( T ) ddan Sitosin ( S ).
d. Maka DNA terdiri dari A, T, C, G.
Struktur DNA :
Terdapat di dalam kromosom, berarti di dalam inti sel. Proses berlipat gandanya DNa dinamakan replikasi. Berbentuk Doublle Heliks ( dua rantai berpilin ) sehingga saling berpasangan ( komplimen ) : A=T dan C=G. Replikasi DNA : Hipotesa tentang replikasi DNA yang saat ini banyak digunakan adalah semikonservatif : Double heliks membuka dan tiap pita yang lama dibentuk pita DNA yang baru. Jadi satu DNA membentuk dua anak baru dengan masing – masing komponen satu pita lama dan satu pita baru.
2. RNA
 RNA ( Ribonucleic acid ), berantai tunggal, disusun oleh asam nukleat ( polinukleotida ). Gula ribose, Basa nitrogen : A, C, G dan urasil ( pada DNA adalah Timin ), fosfat.
Macam – macam RNA :
a. mRNA ( messangger ) terdapat dalam nucleus. mRNA dicetak oleh salah satu pita DNA yang berlangsung dalam nucleus. Fungsi mRNA adalah membawa kode genetika dari DNA atau menyampaikan informasi dari DNA ke ribosom.
b. tRNA ( transfer ) terdapat dalam sitoplasma. Fungsi tRNA ialah mengikat asam amino.
 c. rRNA ( ribosom ) terdapat dalam ribosom yang dibentuk oleh DNA.
Fungsi RNA :
d. mRNA bertugas menerima informasi / keterangan genetic dari DNA. Proses ini dinamakan transkripsi dan berlanggsung dalam nucleus.
Berfungsi sebagaii perantara antara kromosom dan asam amino sitoplasma. Berperan penting dalam pembuatan protein.
e. tRNA bertugas mengikat asam amino yang terdapat dalam sitoplasma. Sebelum dapat diikat oleh tRNA, asam amino bereaksi terlebih dahulu dengan ATP supaya berenergi dan aktif. tRNA membawa asam amino yang diikat itu keribosom.Disinilah berlangsung perubahan informasi genetic yang dinyatakan oleh urutan basa dari mRNA ke urutan asam amino dalam protein yang dibentuk. Proses perubahan ini disebut translasi.
f. rRNA bertugas mensintesa protein dengan menggunakan asam amino. Proses ini berlangsung dalam ribosom dan hasil akhirnya adalah polipeptida.
NO.
Perbedaan
DNA
RNA
1.
Tempat
Inti sel ( kromosom),mitokondria,plastid, sentriol
Sitoplasma ( terutama di ribosom) dan inti sel.
2.
Struktur
Rantai panjang dan ganda
Rantai pendek dan tunggal
3.
 Jenis gula
Deoksiribosa
Ribosa
4.
Basa Nitrogen
Purin: adenine dan guamin Pirimidin : sitosin dan timin
Purin : adenine dan guanine Pirimidin : sitosin dan urasil
5.
Kadar
Dipengaruhi sintesis protein
Tidak dipengaruhi sintesis protein
6.
Fungsi
Mengontrol sifat yang menurun
Sintesis protein

 

3. Sintesis Protein
Tahap-tahapan sintesis protein. Sintesis protein merupakan dasar untuk mempelajari bagaimana informasi genetik di dalam DNA diekspresikan dalam makhluk hidup. Dalam istilah genetik sering dikenal dengan yang namanya sentral dogma. Sentral dogma merupakan serangkaian alur informasi dari DNA yang diterjemahkan melalui RNA kemudian menjadi protein di dalam tubuh makhluk hidup.
 Sintesis protein memiliki sumber informasi di DNA dalam bentuk gen. Gen tersebut berupa rangkaian kode-kode basa nitrogen. Informasi dalam gen akan diterjemahkan dalam bentuk mRNA. mRNA kemudian akan digunakan untuk merangkai asam amino yang didapatkan dari luar dan dalam tubuh.Sintesis protein terjadi pada organel yang dinamakan dengan ribosom. Sintesis protein sangat memerlukan keberadaan RNA, yaitu suatu rantai tunggal basa nitrogen dengan backbone yang sama dengan DNA. Adapun pembagian jenis-jenis RNA secara lengkap adalah sebagai berikut.
a.       mRNA (messenger RNA / RNA duta)
RNA duta merupakan RNA yang dibuat oleh proses yang dinamakan dengan transkripsi pada inti sel. Peranan mRNA adalah membawa informasi genetik yang ada pada DNA menuju ribosom. Informasi yang terdapat pada mRNA berupa kodon yang tersusun secara triplet, misalkan UCA, UCU, atau AAG. Kodon tersebut dibuat triplet atau tiga-tiga karena 4 pangkat 3 hasilnya 64, yang kombinasi hurufnya diatas 20.
b.      tRNA (transport RNA / RNA transfer)
 RNA transfer merupakan RNA yang berperan untuk membawa asam amino dari sitoplasma menuju ribosom saat terjadi sintesis protein. tRNA disintesis di salah satu bagian inti sel secara langsung. Dalam proses pentransferan asam amino, tRNA memerlukan energi yang berasal dari pemecahan molekul ATP menjadi ADP + Pi.
c.       rRNA (ribosomal RNA / RNA ribosom)
Ribosomal RNA inilah yang sering kita namakan sebagai ribosom. rRNA merupakan organel yang tersusun atas subunit besar dan subunit kecil. Ribosom terdapat di sitoplasma sebagai ribosom bebas atau terikat pada Retikulum endoplasma. Pada saat  sintesis protein berlangsung, ribosom biasanya membentuk polisom atau poliribosom. Polisom bukanlah gabungan beberapa ribosom, melainkan hanya beberapa ribosom yang membaca satu rantai mRNA secara bersamaan sehingga tampak seperti berkelompok-kelompok. Poliribosom biasanya ada 4 atau 5 ribosom yang membaca pada satu rantai mRNA yang sama.
Selain RNA, sintesis memerlukan beberapa enzim yang penting dalam setiap tahapan reaksi. Salah satu yang penting adalah enzim RNA polimerase, yaitu suatu enzim yang melaksanakan proses penerjemahan DNA menjadi mRNA (proses transkripsi). Enzim amino asil transferase berperan penting dalam memindahkan rantai yang terbentuk saat proses perangkaian asam amino.


Tahap-Tahap Sintesis Protein :
Sintesis protein dibagi menjadi dua tahapan utama, yaitu transkripsi dan translasi. Transkripsi secara garis besar merupakan proses pembuatan mRNA dari DNA dalam inti sel. mRNA tersebut lalu bergerak menuju ribosom. Setelah itu, proses translasi, yang meliputi penerjemahan dan perangkaian asam amino, berlangsung di ribosom.
1.      Transkripsi – Pemindahan informasi dari DNA ke mRNA
Transkripsi sebagaimana sudah disinggung sedikit di atas merupakan serangkaian tahapan pembentukan mRNA dari DNA. Proses ini sebenarnya merupakan awal mula informasi pada DNA dipindahkan menuju protein pada makhluk hidup.
Transkripsi diawali dari pemutusan ikatan H pada DNA oleh protein-protein pengurai DNA. Proses tersebut mengakibatkan terbukanya rantai DNA pada berbagai tempat. Terbukanya rantai DNA memicu RNA polimerase melekat ke daerah yang dinamakan dengan promotor. RNA polimerase selanjutnya melakukan sintesis molekul mRNA dari arah 3′ DNA, sedangkan pada mRNA dimulai dari ujung 5′ menuju 3′.
Dari kedua rantai DNA, hanya salah satu rantai yang akan diterjemahkan menjadi mRNA. Rantai DNA yang diterjemahkan menjadi protein dinamakan dengan rantai sense atau DNA template atau DNA cetakan, sedangkan rantai pasangannya dinamakan DNA antisense. Dari DNA template inilah mRNA akan membentuk rantai berpasangan dengan basa-basa yang ada pada DNA sense.
Komponen untuk pembuatan mRNA terdapat dalam bentuk nukleotida triposfat, seperti ATP, GTP, UTP, dan CTP. Fungsi dari RNA polimerase adalah mengkatalis reaksi penempelan nukleotida triposfat sehingga terbentuk rantai. Energi yang digunakan untuk menjalankan reaksi tersebut berasal dari masing-masing nukleotida triposfat yang kaya akan energi.
Pada saat sintesis mRNA berakhir, terdapat sebuah penanda terminasi yang bertugas untuk menghentikan sintesis mRNA. mRNA yang terbentuk selanjutnya akan dipindahkan dari inti menuju ribosom, kemudian diterjemahkan menjadi protein di ribosom.
 Pada eukariotik, hasil dari transkripsi di DNA adalah pre-mRNA, artinya mRNA yang belum siap untuk ditranslasi. Hal tersebut disebabkan karena pre-mRNA masih banyak mengandung intron, yaitu rangkaian kodon yang tidak bisa diterjemahkan menjadi protein. Intron ini sangat banyak pada DNA eukariotik. Bagian yang akan menjadi mRNA matang dinamakan dengan ekson. Ekson mengandung informasi yang akan diterjemahkan menjadi protein.
Oleh karena itu, organisme eukariotik memiliki tahapan splicing mRNA. Proses splicing berguna untuk membuang bagian intron yang secara genetik tidak mengandung informasi terkait asam amino. Splicing terjadi sebelum mRNA dikeluarkan dari inti sel.
2.      Translasi – Penerjemahan mRNA Menjadi Protein
Setelah mRNA matang (fungsional) terbentuk, proses yang harus dilakukan adalah keluarnya mRNA dari inti sel menuju ribosom, baik itu di
RE ataupun di sitoplasma. Proses translasi sebenarnya dibagi menjadi tiga tahapan utama, yaitu:
a.       Inisiasi
Setelah sampai diribosom, mRNA akan menempel pada subunit kecil ribosom (30 S) lewat ujung 5′. Pada saat yang bersamaan, tRNA menempel pada subunit besar ribosom (50 S). Proses tersebut akan menyebabkan asam amino Metionin dengan kodon AUG menjadi asam amino pertama yang menempel pada ribosom. Hal penting yag perlu diingat adalah bahwa asam amino metionin merupakan asam amino yang selalu pertama kali menempel pada ribosom saat sintesis protein. Hal tersebut berkaitan dengan adanya kondon start, yaitu AUG (Metioinin), yang merupakan kode untuk proses perangkaian asam amino (sintesis protein sebenarnya) dimulai.
b.      Elongasi (Pemanjangan rantai protein/polipeptida)
Setelah proses inisiasi selesai, proses selanjutnya adalah penerjemahan kodon triplet dan penempelan asam amino sehingga membentuk rantai. Penerjemahan kode ini akan diikuti pengikatan asam amino sesuai kodon oleh tRNA yang kemudian dibawa ke kompleks ribosom dan digabungkan dengan asam amino yang sudah ada sebelumnya. Proses tersebut akan berlangsung sampai munculnya kodon terminasi.
c.       Terminasi (Sintesis berhenti)
Proses elongasi akan diakhiri saat terbacanya rangkaian kodon UAA, UAG, atau UGA. Kodon-kodon tersebut bukan pengkode asam amino, merupakan kodon yang memerintahkan untuk penghentian sintesis protein. Faktor pelepas akan menempel pada ribosom setelah pembacaan kodon stop. Faktor pelepas tersebut menyebabkan terlepasnya mRNA dari ribosom, selanjutnya diikuti dengan pemisahan subunit besar dan kecil ribosom.
Hasil dari proses sintesis protein adalah rantai primer protein (rantai polipeptida) yang masih belum fungsional. Untuk menjadi fungsional, protein harus dimodifikasi di badan golgi sesuai kebutuhan sel.
Karateristik Kimia
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
1. gugus fosfat
 2. gula deoksiribosa
3. basa nitrogen, yang terdiri dari :
a. Adenina (A)
b. Guanina (G)
c. Sitosina (C)
d. Timina (T)
 Penentuan jenis kelamin dapat dilakukan dengan cara genetik. Informasi genetik penentu kelamin terdapat dalam kromosom kelamin dan mengikuti pola penentuan jenis kelamin mengikuti pola tertentu. Pada pola jantan heterogametik, hewan jantan memiliki kromosom kelamin heterogametik, misalnya XY dan XO. Sebaliknya, hewan betina memiliki kromosom kelamin homogametik, misalnya XX. Sedangkan pada pola betina heterogametik, hewan betina memiliki sepasang kromosom kelamin yang heterogametik, misalnya ZW, sebaliknya hewan jantan memiliki sepasang kromosom kelamin yang homogametik, misalnya ZZ.


E.Penentuan Golongan Darah.
Darah merupakan salah satu komponen penting di dalam tubuh makhluk hidup termasuk manusia. Secara sepintas, semua darah sama. Dengan mata awam kita melihatnya berbentuk cair dengan warna merah dan berbau sedikit amis. Namun, jika didasarkan pada sains, darah tentu tak seragam. Bahkan ia dibagi ke dalam beberapa jenis atau golongan dengan karakteristik yang berbeda. Golongan darah manusia dibagi ke dalam 4 jenis yakni golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB dan yang terakhir adalah golongan darah O. Cara menentukan golongan darah ini secara umum menggunakan pendekatan atau metode yang dalam kajian ilmiah dikenal dengan istilah sistem ABO dan sistem Rhesus.
            Di dalam darah dijumpai agglutinin yang mrupakan antibody yang ada di dalam plasma darah. Ia merupakan antibody yang bersama dengan antigen melakukan reaksi dan ada di bagian permukaan sel darah. Secara umum, agglutinin ini dibagi ke dalam dua jenis yakni agglutinin α atau anti-A serta agglutinin β atau anti-B. Apabila kedua jenis agglutinin ini melakukan rekasi maka akan berakibat pada penggumpalan sel darah merah atau dikenal dengan istilah lisis.

Sistem ABO
          Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO pertama kali dilakukan oleh seorang ilmuan bernama Karl Landsteiner (1868 sampai 1943) yang berasal dari Austria. Dengan menggunakan sistem ABO maka darah dikelompokkan menjadi 4 bagian seperti telah disebutkan di atas. Di dalam sel darah merah kita ada yang memang mempunyai antigen A, B juga antigen AB. Namun terdapat juga sel darah merah pada beberapa orang yang tidak memiliki antigen sama sekali, baik itu A juga B. Jenis darah yang ini hanya mempunyai agglutinin yang ditemukan hanya pada bagian plasma darahnya.

Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO adalah sebagai berikut:
1.      Golongan darah A adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen A dengan agglutinin β atau anti-B pada bagian plasma darahnya.
2.      Golongan darah B adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen B dan aglutinnin α atau anti-A pada bagian plasma darahnya.
3.      Golongan darah AB adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen A juga B namun di dalam bagian plasma darah orang tersebut tidak ditemukan aglutinnin α juga agglutinin β.
  1. Golongan darah O adalah mereka yang tidak mempunyai antigen A juga B dalam sel darah merah namun pada plasma darahnya diketemukan aglutinnin α juga agglutinin β.
Sistem Rhesus (Rh)

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJjxCrXaQqki-_ULQtQq0ILVOONrmuiYH72LQbmzMhykBeWU36Z6nDDE-_QtEaWkW-Hnj2LQRiDt8nFV8kn7f359YS1kx7DT-hzuE7Bu5luloRGXbZ801Kz5KaBsU9SG7nt4-TRuMBM0s/s400/Skeletal_muscles_homo_sapiens.JPG

Cara menentukan golongan darah lainnya yakni dengan menggunakan sistem rhesus atau Rh. Sistem yang satu ini tidak mempersoalkan ada atau tidaknya antigen A atau B di dalam sel darah merah. Yang menjadi patokan ukuran justru antigen D yang terdapat di dalam Eryhtrosit. Dengan sistem rhesus, antigen tidak hanya seputar A dan B. Antigen pada sistem rhesus ada banyak, selain A dan B juga ada C, E,c dan juga e. Pembagian darah berdasarkan sistem rhesus hanya dibagi ke dalam dua bagian yakni Rhesus positif atau Rh (+) yakni sel darah yang memiliki antigen D. Sementara itu mereka yang tidak memiliki antigen D disebut Rhesus negative atau Rh (-). Dalam sistem Rhesus dipercaya bahwa antigen D yang paling gampang memompa atau mengoptimalkan proses pembentukan antibody oleh sebab itu yang paling penting untuk dicari justru antigen D tersebut.





BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Kode genetik atau yang sering disebut kodon adalah cara pengkodean urutan nukleotida pada DNA atau RNA untuk menentukan urutan asam amino pada saat sintesis protein. Di dalam setiap sel terdapat ribuan reaksi kimia dan enzim yang berfungsi mengatur jalannya semua reaksi. Karena DNA mengkode protein, maka akan menentukan enzim apa yang diproduksi dan akhirnya akan menentukan reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Kode genetika bersifat degenerative dikarenakan 18 dari 20 macam asam amini ditentukan oleh lebih dari 1 kodon, yang disebut kodon sinonimus.
Hanya metionin dan triptofan mempunyai kodon tunggal. Kodon sinonimus tidak ditempatkan secara acak, tetapi dikelompokkan seperti yang terlihat pada gambar diatas. Kodon sinonimus memiliki perbedaan pada urutan basa ketiga. Pada kasus apapun, bila posisi basa ketiga adalah suatu pirimisin, maka kodon-kodon akan mengarah atau menunjukkan asam amino yang sama (sinonimus). Misalnya pada kode genetika UAU dan UAC (Basa U dan C merupakan Pirimidin) yang menunjukkan asam amino tirosin. Kodon awal merupakan kodon pertama yang diterjemahkan pada saat translasi atau disebut juga kodon inisiasi (AUG yang menyandikan metionin). Kodon akhir merupakan salah satu dari tiga kodon, yaitu UAG, UAA atau UGA. Kodon akhir disebut juga kodon terminal yang tidak menyandikan asam amino.
Darah merupakan salah satu komponen penting di dalam tubuh makhluk hidup termasuk manusia. Secara sepintas, semua darah sama. Dengan mata awam kita melihatnya berbentuk cair dengan warna merah dan berbau sedikit amis.Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO adalah sebagai berikut:
  1. Golongan darah A adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen A dengan agglutinin β atau anti-B pada bagian plasma darahnya.
2.      Golongan darah B adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen B dan aglutinnin α atau anti-A pada bagian plasma darahnya.
3.      Golongan darah AB adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen A juga B namun di dalam bagian plasma darah orang tersebut tidak ditemukan aglutinnin α juga agglutinin β.
  1. Golongan darah O adalah mereka yang tidak mempunyai antigen A juga B dalam sel darah merah namun pada plasma darahnya diketemukan aglutinnin α juga agglutinin β.

B. Saran
Akhirnya makalah tentang Kode Genetik ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penyusun mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terutama, pada pengertian kode genetik dan proses terjadinya sintesis protein. Semoga bisa berguna bagi kita terutama para mahasiswa.













DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kodon
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/15/kode-genetik/ http://sma.pustakasekolah.com/cara-mengetahui-kode-genetik.html
Buku Hematologi dan transfusi darah,/Pebnerbit Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar