MAKALAH
KODE GENETIKA
Dosen Pembimbing: Eka Nurdianti
Anwar,M.pd.Si
Disusun oleh:
Kelompok 1
1.Edi Sutrismo
2.Fessy Novita Sari
3.Jelly Pernanda
AKADEMI ANALIS KESEHATAN HARAPAN
BANGSA
Jl.Depati Payung Negara Padang
Kemiling Telp/Fax: 0736-52606
Kec.Selebar Kel.Pekan Sabtu Kota
Bengkulu
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi
maha penyayang.Berkat rahmat taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini berkat bantuan dan tuntutan Allah SWT, dan semua pihak
dari kelompok kami.Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimilliki kami sehingga dapat selesai.Kami dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Bengkulu, 09 Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN AWAL...................................................................
i
KATA
PENGANTAR
.....................................................................................
ii
DAFTAR ISI
...................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar
Belakang..................................................................................
1
B. Tujuan
...............................................................................................
1
C. Rumusan
Masalah.............................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN
.................................................................................
2
A. Prinsip
Hukum Mendel.....................................................................
2
B. Hukum Segregasi (hukum pertama
Mendel).................................... 2
C. Hukum
Asortasi Bebas (hukum kedua Mendel)............................... 3
D. Hereditas
Mamire..............................................................................
4
E.Penentuan
golongan
darah..................................................................10
BAB III PENUTUP
.........................................................................................
12
A.
Kesimpulan
.......................................................................................
12
B. Saran
.................................................................................................
13
DAFTAR
PUSTAKA ......................................................................................
14
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hereditas mendapat perhatian banyak
peneliti seperti Mendel. Penelitian-penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel
I dan hukum Mendel II. Hukum Mendel I
menyatakan bahwa ketika berlangsung pembentukan gamet pada individu akan
terjadi pemisahan alat secara bebas. Oleh karena itu, setiap gamet mengandung
salah satu alel yang dikandung oleh sel induknya. Hukum ini disebut segregasi
bebas yang terlihat pada persilangan monohibrid. Hukum II Mendel menyatakan bahwa pada saat pembentukan gamet
gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok secara bebas
pula.Pola-pola hereditas mencakup pewarisan sifat individu pada keturunannya
melalui gamet dengan mengikuti aliran tertentu. Perbandingan fenotipe pada F2
perkawinan dihibrid seharusnya adalah 9:3:3:1 tetapi ada gen yang kerjanya
saling berurutan antara satu dengan yang lain, sehingga hasil persilangan
seolah-olah menyimpang dari prinsip Mendel. Dari pernyataan diatas penulis
membuat makalah yang berjudul kode genetika dan penentuan golongan darah.Sehingga
pembaca dapat mengetahui apa yang berkaitan dengan materi tersebut.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang prinsip
hokum mendel
3. Agar
mahasiswa mengetahui hereditas manire
4. Agar
mahasiswa mengetahui penentuan golongan darah
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
prinsip hokum mendel ?
2. Bagaimana
prinsip hukum mendel 1 dan 2 ?
3. Bagaimana
hereditas manire yang berkaitan dengan DNA, RNA dan Sintesis protein ?
4.Bagaimana
penentuan golongan darah?
BAB II PEMBAHASAN
A.Prinsip
Hukum Mendel
Genetika adalah ilmu yang mempelajari
pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Pertama kali ditemukan oleh
Gregor John Mendel melalui persilangan pada kacang kapri ( pisum sativum ).
Alasan mendel :
1. Pasangan sifat beda menjolok
2. Autogami
sifat yang konstan
3. Mudah
melakukan penyerbukan silang
4. Waktu
yang diperlukan singkat
5.
Keturunannya banyak
B. Hukum
Segregasi (hukum pertama Mendel)
Perbandingan
antara B (warna coklat), b (warna putih), S (buntut pendek), dan s (buntut
panjang) pada generasi F2 Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada
pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan
pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari
induknya. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen
memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya.
Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak
dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil), dan alel dominan (nampak dari luar,
dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
2. Setiap
individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww ) dan satu
dari tetua betina (misalnya RR ).
3. Jika
sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB ), alel dominan (S
atau B) akan selalu terekspresikan . Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
C. Hukum
Asortasi Bebas (hukum kedua Mendel)
Hukum kedua
Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih
sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada
pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda
tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan tinggi tanaman dengan warna bunga suatu
tanaman, tidak saling memengaruhi. Induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe
ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR
(secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama merupakan persilangan dari genotipe induk
jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya
bergenotipe wR). Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini
akan membentuk indidividu pada keturunan berikutnya dengan gamet R dan w pada
sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk
betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4 kemungkinan
individu seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan genotipe: RR,
Rw, Rw, dan ww.
Jadi pada
tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna
merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan
individu merah dan individu putih adalah 3:1. Kalau contoh 1 merupakan
kombinasi dari induk dengan satu sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2
menggambarkan induk-induk dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna
kulit. Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid,
sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai
dihibrid, dan seterusnya.
Pada contoh2 , sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan
genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan
genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk
adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB . Kombinasi
gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua
sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk
individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada
papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam
kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan
panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna kulit: coklat (jika
genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb). Perbandingan hasil
warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil bentuk buntut
pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe
SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4: 1:2:1:2: 1.
D.
Hereditas Mamire
1. DNA
DNA ( Deoksiribose Nuclei Acid ), wujud sebagai
untaian yang halus, pembawa sifat keturunan, disusun oleh asam nukleat.
Polinukleotida adalah polimer dari nukleotida. Nukleotida terdiri dari :
a. Gula pentose
b. Basa Nitrogen ( Adenin, guanin, timin, dan sitosin
)
c. Fosfat
Basa Nitrogen :
a. Basa Nitrogen terdiri dari kelompok senyawa Purin
dan Pirimidin.
b. Basa Nitrogen penyusun DNA dari kelompok purin
adalah Adenin ( A ) dan Guanin ( G ) c.
Basa Nitrogen penyusun DNA dari kelompok Pirimiidin adalah Timin ( T ) ddan
Sitosin ( S ).
d. Maka DNA terdiri dari A, T, C, G.
Struktur DNA
:
Terdapat di dalam kromosom, berarti di dalam inti sel.
Proses berlipat gandanya DNa dinamakan replikasi. Berbentuk Doublle Heliks (
dua rantai berpilin ) sehingga saling berpasangan ( komplimen ) : A=T dan C=G.
Replikasi DNA : Hipotesa tentang replikasi DNA yang saat ini banyak digunakan
adalah semikonservatif : Double heliks membuka dan tiap pita yang lama dibentuk
pita DNA yang baru. Jadi satu DNA membentuk dua anak baru dengan masing –
masing komponen satu pita lama dan satu pita baru.
2. RNA
RNA (
Ribonucleic acid ), berantai tunggal, disusun oleh asam nukleat (
polinukleotida ). Gula ribose, Basa nitrogen : A, C, G dan urasil ( pada DNA
adalah Timin ), fosfat.
Macam – macam RNA :
a. mRNA (
messangger ) terdapat dalam nucleus. mRNA dicetak oleh salah satu pita DNA yang
berlangsung dalam nucleus. Fungsi mRNA adalah membawa kode genetika dari DNA
atau menyampaikan informasi dari DNA ke ribosom.
b. tRNA (
transfer ) terdapat dalam sitoplasma. Fungsi tRNA ialah mengikat asam amino.
c. rRNA ( ribosom ) terdapat dalam ribosom
yang dibentuk oleh DNA.
Fungsi RNA :
d. mRNA
bertugas menerima informasi / keterangan genetic dari DNA. Proses ini dinamakan
transkripsi dan berlanggsung dalam nucleus.
Berfungsi sebagaii perantara antara kromosom dan asam amino sitoplasma.
Berperan penting dalam pembuatan protein.
e. tRNA bertugas mengikat asam amino yang terdapat dalam sitoplasma.
Sebelum dapat diikat oleh tRNA, asam amino bereaksi terlebih dahulu dengan ATP
supaya berenergi dan aktif. tRNA membawa asam amino yang diikat itu
keribosom.Disinilah berlangsung perubahan informasi genetic yang dinyatakan
oleh urutan basa dari mRNA ke urutan asam amino dalam protein yang dibentuk.
Proses perubahan ini disebut translasi.
f. rRNA bertugas mensintesa protein dengan menggunakan asam amino. Proses
ini berlangsung dalam ribosom dan hasil akhirnya adalah polipeptida.
NO.
|
Perbedaan
|
DNA
|
RNA
|
1.
|
Tempat
|
Inti sel ( kromosom),mitokondria,plastid, sentriol
|
Sitoplasma ( terutama di ribosom) dan inti sel.
|
2.
|
Struktur
|
Rantai panjang dan ganda
|
Rantai pendek dan tunggal
|
3.
|
Jenis gula
|
Deoksiribosa
|
Ribosa
|
4.
|
Basa Nitrogen
|
Purin: adenine dan guamin Pirimidin : sitosin dan
timin
|
Purin : adenine dan guanine Pirimidin : sitosin dan
urasil
|
5.
|
Kadar
|
Dipengaruhi sintesis protein
|
Tidak dipengaruhi sintesis protein
|
6.
|
Fungsi
|
Mengontrol sifat yang menurun
|
Sintesis protein
|
3. Sintesis
Protein
Tahap-tahapan sintesis protein. Sintesis protein
merupakan dasar untuk mempelajari bagaimana informasi genetik di dalam DNA diekspresikan
dalam makhluk hidup. Dalam istilah genetik sering dikenal dengan yang namanya
sentral dogma. Sentral dogma merupakan serangkaian alur informasi dari DNA yang
diterjemahkan melalui RNA kemudian menjadi protein di dalam tubuh makhluk
hidup.
Sintesis
protein memiliki sumber informasi di DNA dalam bentuk gen. Gen tersebut berupa
rangkaian kode-kode basa nitrogen. Informasi dalam gen akan diterjemahkan dalam
bentuk mRNA. mRNA kemudian akan digunakan untuk merangkai asam amino yang
didapatkan dari luar dan dalam tubuh.Sintesis protein terjadi pada organel yang
dinamakan dengan ribosom. Sintesis protein sangat memerlukan keberadaan RNA,
yaitu suatu rantai tunggal basa nitrogen dengan backbone yang sama dengan DNA.
Adapun pembagian jenis-jenis RNA secara lengkap adalah sebagai berikut.
a. mRNA
(messenger RNA / RNA duta)
RNA duta merupakan RNA yang dibuat
oleh proses yang dinamakan dengan transkripsi pada inti sel. Peranan mRNA
adalah membawa informasi genetik yang ada pada DNA menuju ribosom. Informasi
yang terdapat pada mRNA berupa kodon yang tersusun secara triplet, misalkan
UCA, UCU, atau AAG. Kodon tersebut dibuat triplet atau tiga-tiga karena 4
pangkat 3 hasilnya 64, yang kombinasi hurufnya diatas 20.
b. tRNA
(transport RNA / RNA transfer)
RNA transfer merupakan RNA yang berperan untuk
membawa asam amino dari sitoplasma menuju ribosom saat terjadi sintesis protein.
tRNA disintesis di salah satu bagian inti sel secara langsung. Dalam proses
pentransferan asam amino, tRNA memerlukan energi yang berasal dari pemecahan
molekul ATP menjadi ADP + Pi.
c. rRNA
(ribosomal RNA / RNA ribosom)
Ribosomal
RNA inilah yang sering kita namakan sebagai ribosom. rRNA merupakan organel
yang tersusun atas subunit besar dan subunit kecil. Ribosom terdapat di
sitoplasma sebagai ribosom bebas atau terikat pada Retikulum
endoplasma. Pada saat sintesis protein
berlangsung, ribosom biasanya membentuk polisom atau poliribosom. Polisom
bukanlah gabungan beberapa ribosom, melainkan hanya beberapa ribosom yang
membaca satu rantai mRNA secara bersamaan sehingga tampak seperti
berkelompok-kelompok. Poliribosom biasanya ada 4 atau 5 ribosom yang membaca
pada satu rantai mRNA yang sama.
Selain RNA,
sintesis memerlukan beberapa enzim yang penting dalam setiap tahapan reaksi.
Salah satu yang penting adalah enzim RNA polimerase, yaitu suatu enzim yang
melaksanakan proses penerjemahan DNA menjadi mRNA (proses transkripsi). Enzim
amino asil transferase berperan penting dalam memindahkan rantai yang terbentuk
saat proses perangkaian asam amino.
Tahap-Tahap
Sintesis Protein :
Sintesis
protein dibagi menjadi dua tahapan utama, yaitu transkripsi dan translasi.
Transkripsi secara garis besar merupakan proses pembuatan mRNA dari DNA dalam
inti sel. mRNA tersebut lalu bergerak menuju ribosom. Setelah itu, proses
translasi, yang meliputi penerjemahan dan perangkaian asam amino, berlangsung
di ribosom.
1. Transkripsi
– Pemindahan informasi dari DNA ke mRNA
Transkripsi
sebagaimana sudah disinggung sedikit di atas merupakan serangkaian tahapan
pembentukan mRNA dari DNA. Proses ini sebenarnya merupakan awal mula informasi
pada DNA dipindahkan menuju protein pada makhluk hidup.
Transkripsi
diawali dari pemutusan ikatan H pada DNA oleh protein-protein pengurai DNA.
Proses tersebut mengakibatkan terbukanya rantai DNA pada berbagai tempat.
Terbukanya rantai DNA memicu RNA polimerase melekat ke daerah yang dinamakan
dengan promotor. RNA polimerase selanjutnya melakukan sintesis molekul mRNA
dari arah 3′ DNA, sedangkan pada mRNA dimulai dari ujung 5′ menuju 3′.
Dari kedua rantai DNA, hanya salah satu rantai yang
akan diterjemahkan menjadi mRNA. Rantai DNA yang diterjemahkan menjadi protein
dinamakan dengan rantai sense atau DNA template atau DNA cetakan, sedangkan
rantai pasangannya dinamakan DNA antisense. Dari DNA template inilah mRNA akan
membentuk rantai berpasangan dengan basa-basa yang ada pada DNA sense.
Komponen untuk pembuatan mRNA terdapat dalam bentuk
nukleotida triposfat, seperti ATP, GTP, UTP, dan CTP. Fungsi dari RNA
polimerase adalah mengkatalis reaksi penempelan nukleotida triposfat sehingga
terbentuk rantai. Energi yang digunakan untuk menjalankan reaksi tersebut
berasal dari masing-masing nukleotida triposfat yang kaya akan energi.
Pada saat sintesis mRNA berakhir, terdapat sebuah
penanda terminasi yang bertugas untuk menghentikan sintesis mRNA. mRNA yang
terbentuk selanjutnya akan dipindahkan dari inti menuju ribosom, kemudian
diterjemahkan menjadi protein di ribosom.
Pada
eukariotik, hasil dari transkripsi di DNA adalah pre-mRNA, artinya mRNA yang
belum siap untuk ditranslasi. Hal tersebut disebabkan karena pre-mRNA masih
banyak mengandung intron, yaitu rangkaian kodon yang tidak bisa diterjemahkan
menjadi protein. Intron ini sangat banyak pada DNA eukariotik. Bagian yang akan
menjadi mRNA matang dinamakan dengan ekson. Ekson mengandung informasi yang
akan diterjemahkan menjadi protein.
Oleh karena itu, organisme eukariotik memiliki tahapan
splicing mRNA. Proses splicing berguna untuk membuang bagian intron yang secara
genetik tidak mengandung informasi terkait asam amino. Splicing terjadi sebelum
mRNA dikeluarkan dari inti sel.
2. Translasi –
Penerjemahan mRNA Menjadi Protein
Setelah mRNA
matang (fungsional) terbentuk, proses yang harus dilakukan adalah keluarnya
mRNA dari inti sel menuju ribosom, baik itu di
RE ataupun
di sitoplasma. Proses translasi sebenarnya dibagi menjadi tiga tahapan utama,
yaitu:
a. Inisiasi
Setelah sampai
diribosom, mRNA akan menempel pada subunit kecil ribosom (30 S) lewat ujung 5′.
Pada saat yang bersamaan, tRNA menempel pada subunit besar ribosom (50 S).
Proses tersebut akan menyebabkan asam amino Metionin dengan kodon AUG menjadi
asam amino pertama yang menempel pada ribosom. Hal penting yag perlu diingat
adalah bahwa asam amino metionin merupakan asam amino yang selalu pertama kali
menempel pada ribosom saat sintesis protein. Hal tersebut berkaitan dengan
adanya kondon start, yaitu AUG (Metioinin), yang merupakan kode untuk proses
perangkaian asam amino (sintesis protein sebenarnya) dimulai.
b. Elongasi
(Pemanjangan rantai protein/polipeptida)
Setelah
proses inisiasi selesai, proses selanjutnya adalah penerjemahan kodon triplet
dan penempelan asam amino sehingga membentuk rantai. Penerjemahan kode ini akan
diikuti pengikatan asam amino sesuai kodon oleh tRNA yang kemudian dibawa ke
kompleks ribosom dan digabungkan dengan asam amino yang sudah ada sebelumnya.
Proses tersebut akan berlangsung sampai munculnya kodon terminasi.
c. Terminasi
(Sintesis berhenti)
Proses
elongasi akan diakhiri saat terbacanya rangkaian kodon UAA, UAG, atau UGA.
Kodon-kodon tersebut bukan pengkode asam amino, merupakan kodon yang
memerintahkan untuk penghentian sintesis protein. Faktor pelepas akan menempel
pada ribosom setelah pembacaan kodon stop. Faktor pelepas tersebut menyebabkan
terlepasnya mRNA dari ribosom, selanjutnya diikuti dengan pemisahan subunit
besar dan kecil ribosom.
Hasil dari
proses sintesis protein adalah rantai primer protein (rantai polipeptida) yang
masih belum fungsional. Untuk menjadi fungsional, protein harus dimodifikasi di
badan golgi sesuai kebutuhan sel.
Karateristik
Kimia
DNA
merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
1. gugus
fosfat
2. gula deoksiribosa
3. basa
nitrogen, yang terdiri dari :
a. Adenina
(A)
b. Guanina
(G)
c. Sitosina
(C)
d. Timina
(T)
Penentuan jenis kelamin dapat dilakukan dengan
cara genetik. Informasi genetik penentu kelamin terdapat dalam kromosom kelamin
dan mengikuti pola penentuan jenis kelamin mengikuti pola tertentu. Pada pola
jantan heterogametik, hewan jantan memiliki kromosom kelamin heterogametik,
misalnya XY dan XO. Sebaliknya, hewan betina memiliki kromosom kelamin
homogametik, misalnya XX. Sedangkan pada pola betina heterogametik, hewan
betina memiliki sepasang kromosom kelamin yang heterogametik, misalnya ZW,
sebaliknya hewan jantan memiliki sepasang kromosom kelamin yang homogametik,
misalnya ZZ.
E.Penentuan
Golongan Darah.
Darah merupakan salah satu komponen
penting di dalam tubuh makhluk hidup termasuk manusia. Secara sepintas, semua
darah sama. Dengan mata awam kita melihatnya berbentuk cair dengan warna merah
dan berbau sedikit amis. Namun, jika didasarkan pada sains,
darah tentu tak seragam. Bahkan ia dibagi ke dalam beberapa jenis atau golongan
dengan karakteristik yang berbeda. Golongan darah manusia dibagi ke dalam 4
jenis yakni golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB dan yang
terakhir adalah golongan darah O. Cara menentukan golongan darah ini secara
umum menggunakan pendekatan atau metode yang dalam kajian ilmiah dikenal dengan
istilah sistem ABO dan sistem Rhesus.
Di dalam darah dijumpai agglutinin yang mrupakan antibody yang ada di dalam plasma darah. Ia merupakan antibody yang bersama dengan antigen melakukan reaksi dan ada di bagian permukaan sel darah. Secara umum, agglutinin ini dibagi ke dalam dua jenis yakni agglutinin α atau anti-A serta agglutinin β atau anti-B. Apabila kedua jenis agglutinin ini melakukan rekasi maka akan berakibat pada penggumpalan sel darah merah atau dikenal dengan istilah lisis.
Di dalam darah dijumpai agglutinin yang mrupakan antibody yang ada di dalam plasma darah. Ia merupakan antibody yang bersama dengan antigen melakukan reaksi dan ada di bagian permukaan sel darah. Secara umum, agglutinin ini dibagi ke dalam dua jenis yakni agglutinin α atau anti-A serta agglutinin β atau anti-B. Apabila kedua jenis agglutinin ini melakukan rekasi maka akan berakibat pada penggumpalan sel darah merah atau dikenal dengan istilah lisis.
Sistem ABO
Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO pertama kali dilakukan oleh seorang ilmuan bernama Karl Landsteiner (1868 sampai 1943) yang berasal dari Austria. Dengan menggunakan sistem ABO maka darah dikelompokkan menjadi 4 bagian seperti telah disebutkan di atas. Di dalam sel darah merah kita ada yang memang mempunyai antigen A, B juga antigen AB. Namun terdapat juga sel darah merah pada beberapa orang yang tidak memiliki antigen sama sekali, baik itu A juga B. Jenis darah yang ini hanya mempunyai agglutinin yang ditemukan hanya pada bagian plasma darahnya.
Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO adalah sebagai berikut:
Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO pertama kali dilakukan oleh seorang ilmuan bernama Karl Landsteiner (1868 sampai 1943) yang berasal dari Austria. Dengan menggunakan sistem ABO maka darah dikelompokkan menjadi 4 bagian seperti telah disebutkan di atas. Di dalam sel darah merah kita ada yang memang mempunyai antigen A, B juga antigen AB. Namun terdapat juga sel darah merah pada beberapa orang yang tidak memiliki antigen sama sekali, baik itu A juga B. Jenis darah yang ini hanya mempunyai agglutinin yang ditemukan hanya pada bagian plasma darahnya.
Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO adalah sebagai berikut:
1. Golongan
darah A adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen A dengan
agglutinin β atau anti-B pada bagian plasma darahnya.
2. Golongan
darah B adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen B dan
aglutinnin α atau anti-A pada bagian plasma darahnya.
3. Golongan
darah AB adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen A juga B
namun di dalam bagian plasma darah orang tersebut tidak ditemukan aglutinnin α
juga agglutinin β.
- Golongan darah O adalah mereka yang tidak mempunyai antigen A juga B dalam sel darah merah namun pada plasma darahnya diketemukan aglutinnin α juga agglutinin β.
Sistem
Rhesus (Rh)
Cara menentukan golongan darah lainnya yakni dengan menggunakan sistem rhesus atau Rh. Sistem yang satu ini tidak mempersoalkan ada atau tidaknya antigen A atau B di dalam sel darah merah. Yang menjadi patokan ukuran justru antigen D yang terdapat di dalam Eryhtrosit. Dengan sistem rhesus, antigen tidak hanya seputar A dan B. Antigen pada sistem rhesus ada banyak, selain A dan B juga ada C, E,c dan juga e. Pembagian darah berdasarkan sistem rhesus hanya dibagi ke dalam dua bagian yakni Rhesus positif atau Rh (+) yakni sel darah yang memiliki antigen D. Sementara itu mereka yang tidak memiliki antigen D disebut Rhesus negative atau Rh (-). Dalam sistem Rhesus dipercaya bahwa antigen D yang paling gampang memompa atau mengoptimalkan proses pembentukan antibody oleh sebab itu yang paling penting untuk dicari justru antigen D tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kode genetik atau yang sering disebut kodon adalah
cara pengkodean urutan nukleotida pada DNA atau RNA untuk menentukan urutan
asam amino pada saat sintesis protein. Di dalam setiap sel terdapat ribuan
reaksi kimia dan enzim yang berfungsi mengatur jalannya semua reaksi. Karena
DNA mengkode protein, maka akan menentukan enzim apa yang diproduksi dan
akhirnya akan menentukan reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Kode genetika
bersifat degenerative dikarenakan 18 dari 20 macam asam amini ditentukan oleh lebih
dari 1 kodon, yang disebut kodon sinonimus.
Hanya metionin dan triptofan mempunyai kodon tunggal.
Kodon sinonimus tidak ditempatkan secara acak, tetapi dikelompokkan seperti
yang terlihat pada gambar diatas. Kodon sinonimus memiliki perbedaan pada urutan
basa ketiga. Pada kasus apapun, bila posisi basa ketiga adalah suatu pirimisin,
maka kodon-kodon akan mengarah atau menunjukkan asam amino yang sama
(sinonimus). Misalnya pada kode genetika UAU dan UAC (Basa U dan C merupakan
Pirimidin) yang menunjukkan asam amino tirosin. Kodon awal merupakan kodon
pertama yang diterjemahkan pada saat translasi atau disebut juga kodon inisiasi
(AUG yang menyandikan metionin). Kodon akhir merupakan salah satu dari tiga
kodon, yaitu UAG, UAA atau UGA. Kodon akhir disebut juga kodon terminal yang
tidak menyandikan asam amino.
Darah merupakan salah satu komponen
penting di dalam tubuh makhluk hidup termasuk manusia. Secara sepintas, semua
darah sama. Dengan mata awam kita melihatnya berbentuk cair dengan warna merah
dan berbau sedikit amis.Cara menentukan golongan darah
dengan sistem ABO adalah sebagai berikut:
- Golongan darah A adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen A dengan agglutinin β atau anti-B pada bagian plasma darahnya.
2. Golongan
darah B adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen B dan
aglutinnin α atau anti-A pada bagian plasma darahnya.
3. Golongan
darah AB adalah mereka yang memiliki sel darah merah dengan antigen A juga B
namun di dalam bagian plasma darah orang tersebut tidak ditemukan aglutinnin α
juga agglutinin β.
- Golongan darah O adalah mereka yang tidak mempunyai antigen A juga B dalam sel darah merah namun pada plasma darahnya diketemukan aglutinnin α juga agglutinin β.
B. Saran
Akhirnya makalah tentang Kode Genetik ini dapat
selesai tepat pada waktunya. Penyusun mengharapkan agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Terutama, pada pengertian kode genetik dan proses
terjadinya sintesis protein. Semoga bisa berguna bagi kita terutama para
mahasiswa.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kodon
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/15/kode-genetik/
http://sma.pustakasekolah.com/cara-mengetahui-kode-genetik.html
Buku Hematologi dan transfusi darah,/Pebnerbit Erlangga.